SUKABUMIUPDATE.com - Penjualan buku dan alat tulis di tahun ajaran baru 2020/2021 dirasakan tak seperti tahun sebelumnya oleh pedagang di Kota Sukabumi.
Pedagang mengaku di tengah Pandemi Covid-19 ini, pembeli peralatan sekolah menurun. Pendidikan jarak jauh atau PJJ yang diterapkan hingga awal tahun ajaran 2020/2021 ini juga membawa dampak terhadap penjualan alat-alat sekolah di Kota Sukabumi.
BACA JUGA: Kisah Belajar Daring Bocah Pulosari Sukabumi, Sinyal Internet Buruk Nongkrong di Kantor Desa
Pasalnya, PJJ membuat siswa belajar dengan metode online atau dalam jaringan (daring). Dengan demikian tak banyak membutuhkan alat tulis.
Pedagang buku di Pasar Pelita, Ujang Jaya (45 tahun) mengatakan penghasilan dari penjualan tahun ini menurun drastis. "Pada masa pandemi, penghasilan saya yang biasanya satu bulan mencapai Rp 60 juta, sekarang hanya Rp 15 juta," jelasnya.
BACA JUGA: Belajar Dari Rumah, Disdik: Kuota Internet Siswa di Kabupaten Sukabumi Diatur Sekolah
Akibat penjualan yang sepi ini, stok buku tulis masih banyak. Karena usahanya terpukul Pandemi, Ujang berharap, pandemi ini cepat berakhir dan perekonomian Indonesia kembali stabil.
Sementara itu, orang tua siswa Cucu (46 tahun) mengatakan, mengurangi pembelian peralatan sekolah khususnya buku tulis karena saat ini siswa belajar di rumah. Namun beban orang tua bertambah karena mesti membeli pulsa kuota.
BACA JUGA: KBM Tatap Muka di Kota Sukabumi, Fahmi: Pelajar Dari Luar Zona Hijau Masih Daring
"Anak sekolah dari SD pun harus melakukan KBM secara daring di rumah, karena anjuran pemerintah yang mengharuskan kita tetap dirumah saja sampai keadaan normal kembali. Mau tidak mau, saya sebagai orang tua pun menjadi sering membeli kuota. Biasanya, saya membeli kuota itu sebulan sekali, sekarang hampir setiap minggu harus membeli kuota untuk KBM anak-anak saya," kata Cucu.
Menurut Cucu, untuk sebagian orang mampu mungkin membeli kuota tidak dipermasalahkan. Tetapi untuk sebagian orang kurang mampu, itu akan menjadi beban.
BACA JUGA: Kabupaten Sukabumi Masih Zona Biru Covid-19, Iyos: Belajar Tetap via Daring
Untuk siswa yang tidak bisa mengikuti daring, karena tidak memiliki smartphone. Pihak sekolah mewajibkan siswa tersebut untuk mengerjakan tugas sekolah di buku tulis, kemudian tugas tersebut dikumpulkan seminggu sekali ke sekolah oleh orang tuanya.
Cucu mengakui, meskipun belajar daring namun pihak sekolah mengharuskan siswa membeli buku pelajaran. "Selain itu, ternyata untuk pembelian buku pelajaran, pihak sekolah tetap mengharuskan siswanya membeli. Tidak ada potongan harga yang diberikan sekolah, kecuali untuk siswa yang kurang mampu," jelasnya.