SUKABUMIUPDATE.com - Pabrik Tempe FKDB yang ke 81 dan diberi nama Rumah Tempe Azaki (RTA), Senin, 2 Desember 2019 resmi beroperasi dan langsung mendapat kunjungan dari U.S. Soybean Export Council (USSEC) beserta para eksportir kedelai dari Nebraska salah satu negara bagian di Amerika Serikat.
BACA JUGA: UMKM Tempe a-zaki dari Sukabumi Merambah ke Sumatera Barat
Kunjungannya itu dalam rangka melihat perkembangan industri berbasis bahan baku kedelai yang menjadi andalan ekspor negara Amerika Serikat. RTA yang dibangun di atas lahan seluas 360 M2 dan luas bangunan 230 M2 beralamat, di Bojong Neros, Kelurahan Curug, Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat.
Dalam proses pembangunannya melibatkan Forum Tempe Indonesia (FTI) sebagai konsultan untuk penataan struktur bangunan, lay out dan penentuan sarana produksi yang higienis untuk bisa tersertifikasi HACCP yaitu system jaminan mutu keamanan pangan atau produk.
Rumah Tempe Azaki mendapat kunjungan dari U.S. Soybean Export Council (USSEC) beserta para eksportir kedelai dari Nebraska salah satu negara bagian di Amerika Serikat//FOTO: ISTIMEWA.
Lay out RTA terdiri dari ruang produksi basah, ruang produksi kering dan ruang fermentasi yang masing-masing dilengkapi standar peralatan berbahan metal yang ramah pangan (food grade). Untuk ramah lingkungan, RTA juga telah dilengkapi dengan fasilitas pengolahan limbah.
Kapasitas terpasang dari RTA ini adalah mampu memproduksi Tempe Higienis hingga 3 Ton dengan target pasar di wilayah Jabodetabek dan pasar-pasar dari mulai Sukabumi hingga Ciawi Kabupaten Bogor.
BACA JUGA: FKDB Kembali Membuka Usaha Tempe a-zaki di Kisaran Sumut
Ketua Umum Forum Komunikasi Doa Bangsa (FKDB) Ayep Zaki mengatakan, keberadaan RTA di Bogor ini adalah melengkapi 80 pabrik tempe lain, yang telah dibangun di berbagai daerah di luar jawa.
"Mulai dari Aceh di ujung Sumatera hingga Merauke di ujung Papua yang saat ini total produksinya telah mencapai 26 Ton per hari atau 780 Ton per bulan dan menjadikan FKDB sebagai produsen Tempe terbesar di Indonesia bahkan dunia," ujarnya.
Sejak tahun 2015, kata pria yang akrab disapa Aa Zaki ini, FKDB telah mendukung FTI dan USSEC dalam mengkampanyekan agar produk Tempe ini naik kelas. Yaitu dari makanan kelas bawah dengan proses produksi yang terkesan jorok menjadi produk makanan berkualitas yang diproses secara higienis.
Sehingga sambung Aa Zaki, menghasilkan makanan yang kaya kandungan gizi melebihi daging dan ikan. Bahkan disajikan dalam berbagai menu makan hotel berbintang seperti steak tempe, burger tempe, spageti tempe dan lain-lain.
"Upaya lain dari FTI, USSEC dan FKDB adalah terus memperjuangkan agar Tempe disahkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia seperti halnya pakaian batik," tandasnya.