SUKABUMIUPDATE.com - Iklim investasi di Indonesia mengalami naik turun akibat dari perang dagang dua negara adidaya, yakni antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, dampaknya pun terasa hingga ke wilayah Kabupaten Sukabumi.
BACA JUGA: DPMPTSP Menjawab, Benarkah Kabupaten Sukabumi Defisit Investasi?
Kepala Bidang Penanaman Modal DPMPTSP Kabupaten Sukabumi, Nina Widiawati menjelaskan, sebelumnya dalam rapat koordinasi dengan para investor yang digelar pada akhir tahun 2018 silam, banyak investor yang mengeluhkan kepadanya dampak perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok ini terhadap order atau pesanan produk dari perusahaan mereka.
"Hampir semua dan banyak yang mengeluhkan hal ini," ungkapnya kepada sukabumiupdate.com, Selasa (19/3/2019).
BACA JUGA: DPMPTSP Susun Cetak Biru Peluang Investasi di Kabupaten Sukabumi
Menurutnya, Kabupaten Sukabumi memiliki banyak perusahaan dan pabrik-pabrik yang mempunyai fungsi sebagai pembuat produk bahan mentah menjadi produk jadi. Dari mulai produk pakaian, sepatu, elektronik dan lainnya.
Namun, akibat dari perseturuan Amerika Serikat dengan Tiongkok inilah yang menjadikan para investor berpikir dua kali untuk menanamkan saham mereka di Sukabumi yang sebenarnya memiliki potensi.
"Ada yang membatalkan kontrak akibat ini, ada yang sekarang enggak punya order, jadi dampaknya cukup terasa bagi para investor untuk berbisnis di wilayah Sukabumi ini," paparnya.
BACA JUGA: DPMPTSP Kabupaten Sukabumi Fokus Kembangkan Investasi Sektor Agribisnis
Ia menuturkan, kedua negara yang memang mendominasi perkenomian global ini memiliki ego yang sama-sama tak ingin kalah dalam persaingan ekonomi global.
"Jadi yang punya order dan bahan itu perusahaan Tiongkok, mereka kirim bahannya ke kita, kita posisinya hanya maglun saja, kasarnya untuk memotong dan menjahit. Lalu setelah jadi, barang tersebut dipacking dan dikirimkan lagi ke Tiongkok, untuk selanjutnya oleh Tiongkok didagangkan ke negara-negara lainnya termasuk ke Amerika juga," paparnya.
BACA JUGA: Sistem Perizinan OSS, DPMPTSP Kabupaten Sukabumi Tunggu Evaluasi Pusat
Masalah timbul ketika, Amerika Serikat menutup keran produk apapun yang berasal dari Tiongkok. Dengan kata lain, order atau pesanan produk menjadi berkurang. Dampaknya sudah jelas terhadap produktifitas ekspor dari Indonesia ke luar negeri.
Sementara jika melihat kualitas produk hasil buatan Indonesia merupakan kualitas terbaik dan sudah terpercaya oleh konsumen mancanegara.
"Banyak orang luar negeri itu suka dengan produk buatan kita, baik sepatu, pakaian, elektronik dan lainnya itu kan kebanyakannya dibuat di kita, cuman sayangnya brandnya punya orang luar negeri," imbuhnya.
BACA JUGA: Masih Bingung Sistem OSS, Perizinan DPMPTSP Kabupaten Sukabumi Siapkan Bantuan
Ia berharap, konflik dua negara tersebut dapat mereda dengan akan meningkatnya lagi order kepada perusahaan atau pabrik di Indonesia, membuat intensitas ekspor dari negara Indonesia pun akan semakin meningkat.
"Kabar terakhir, saya sempet baca informasi bahwa ke dua negara sudah melakukan pertemuan bilateral, ya mudah-mudahan order bisa kembali datang dan produktifitas di kita pun akan kembali normal," pungkasnya.