SUKABUMIUPDATE.com - Bagi sebagian pengusaha, hanya keuntungan semata yang menjadi target utamanya. Namun tidak dengan seorang Saudagar Nusantara asal Sukabumi, Ayep Zaki. Mulai dari mendirikan, membangun hingga pengelolaan semuanya dianggap nilai ibadah, selain dari nominal yang ia dapatkan.
Oleh karena itu, dirinya mengaku tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam mengelola semua bidang usaha yang digelutinya. "Semua berawal dari hidup bermanfaat untuk yang lain, dan diri kami diberikan sesuatu oleh Allah, ini hanya dititipkan makanya harus diberikan kepada masyarakat, mudah-mudahan akan diberikan ilmu yang lain," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Rabu (12/12/2018).
Artinya, usaha yang dilakukan, kata Ayep membuka peluang usaha bagi masyarakat. Selain itu juga keuntungannya dapat dimanfaatkan oleh warga lain yang membutuhkan. Sebagai makhluk sosial, ia merasa bahwa hidup tidak bisa sendiri. “Saya yakin sekali bahwa Allah SWT akan terus memberi jika pengetahuannya terus dibagi. Kalau kita membagi ilmu, Allah akan memberikan ilmu yang lain," ucapnya.
Menurut Ayep, agar dapat melibatkan masyarakat secara membumi atau sebenarnya, ia mengaku menggunakan prinsip kemitraan. Artinya semua bidang usaha yang dilakukannya terutama UKM, melibatkan orang lain, baik dari sisi permodalan atau tenaga ahli. Misalnya UKM di sektor Industri tempe.
BACA JUGA: FKDB Bursa Tani dan KPM Salurkan Dana Talangan Pupuk Untuk Petani di Selatan Sukabumi
Berbagai inovasi pun dilakukannya, salah satunya yakni mengacu kepada produksi tempe ber Standar Nasional Indonesia (SNI). "Tempenya harus higienis dan bergizi sesuai dengan standar nasional sedangkan produksinya bebasis IT dengan standar SNI," katanya.
Kini produksi tempenya sudah merambah di 63 daerah kota dengan total produksi mencapai 21 Ton per hari. "Semua karena berbagi dengan orang lain atau melibatkan orang lain, kalau saya sendiri mana mungkin," paparnya merendah.
Alumni Politeknik Swiss Institut Teknologi (ITB), ini memulai usahanya pada bidang manufaktur pada tahun 1994. Usahanya dalam pembuatan sparepart itu dilakoninya hingga 2005 sebelum sepenuhnya ia serahkan kepada adiknya. Bahkan kerja kerasnya yang dimulai sejak muda itu membuahkan penghargaan dari Kementerian Perindustrian.
“Dulu sempat mendapatkan penghargaan dari pemerintah terhadap pengembangan usaha kecil di Kabupaten Sukabumi pada bidang logam. saat masih berusia 32 tahun, tepatnya pada tahun 1997,” tuturnya.
BACA JUGA: FKDB Bursa Tani dan KPM Berikan Kredit Tanpa Bunga ke Petani di Sukabumi
Dari 1994 sampai 2005, Zaki mengatakan fokus pada bidang logam. "Begitu 2005 kita meninggalkan bidang logam masuk kepada bidang UKM yang lain," katanya.
Sejak tanggal 10 Januari 2005, Ayep mulai fokus ke sektor pembangunan UKM. Ia mengawalinya dari Sumatera dan Kalimantan. Setelah itu, mulai merambah ke Pulau Jawa, Sulawesi, hingga Papua. Di bidang kuliner, ia kembangkan rumah makan khas Sunda "Mega Rasa" di Jawa Barat. Sementara, di bidang pengobatan alternatif, Zaki membuka usaha pijat refleksi dan accupressure yang sudah memiliki hak paten dengan nama Haji Uhud.
Tidak sampai disitu, Bahkan kaum milenial dan pendidikan masa depan kaum milenial pun tak luput dari perhatian Ayep. Maka dari itu, dirinya membangun lembaga pendidikan serta yayasan yang bergerak di bidang pendidikan.
“Tidak cukup hanya sekedar menyiapkan keahlian generasi bangsa, di tengah persaingan global ini, mereka harus disiapkan lapangan kerja yang sesuai dengan bidang keilmuan yang sudah dirintisnya. Saya punya usaha membutuhkan tenaga ahli, nah itu disuplai dari lembaga dan sekolah yang kami dirikan, ada SMK, dan kini sedang dirintis yakni lembaga kursus. Pendidikan men-support ekonomi dan ekonomi men-support pendidikan,” paparnya.
BACA JUGA: FKDB Bursa Tani Sukabumi Optimis, Program Demplot Dongkrat Hasil Panen
Adalah Yayasan Pembina Pendidikan Doa Bangsa (YPPDB) yang didirikannya pada Juni 2010. Mulanya mendirikan Lembaga Kursus dan Pendidikan (LKP) di Banjar Baru, Kalimantan Selatan. Kemudian berlanjut mendirikan tiga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 16 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) meliputi Taman Kanak-kanak (TK), Kelompok Belajar (Kober), dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). “Untuk membangun perekonomian ini harus dibangun lembaga pendidikannya,” terangnya.
Lulusan SMA dan SMK yang ia bangun tidak dibiarkan menganggur begitu saja. Mereka diarahkan untuk berusaha atau mendapat akses bekerja di UKM binaannya. Selain itu, ia juga memberikan beasiswa kepada 90 lulusan SMA dan SMK itu kuliah hingga selesai di berbagai perguruan tinggi dalam negeri, hingga ke luar negeri.
Saudagar yang memiliki 260 UKM itu tentu saja menemui banyak kendala. Dua hal yang paling ia soroti adalah kurangnya komitmen dan kompetensi mitranya. Karenanya, ia menghadirkan 20 penyuluh kepada mitra-mitranya itu.
“Dibangun dengan menghadirkan penyuluh. Ada 20 penyuluh, karena kendala integritas itu, tahun 2010 mendirikan forum komunikasi demi memajukan UKM. Saya siap bermitra dengan siapa saja yang berkomitmen. Bergabungnya ke HPN pun karena komitmen bersama membangun umat mengingat tersebarnya NU di seluruh Indonesia,” pungkasnya.