SUKABUMIUPDATE.com - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS membuat pengrajin tempe di kampung Nyangkowek, Desa Mekarsari, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, mulai pasang strategi.
BACA JUGA: Pengrajin Ukiran Kayu Di Surade Sukabumi Terkendala Pemasaran
Kenaikan Dolar AS membawa dampak ke pengrajin tempe karena kacang kedelai sebagai bahan baku utama yang digunakan berasal dari impor.
"Apabila nanti ada kenaikan harga kedelai, namun saya sudah punya strategi, kalau harga tempe per balok di jual Rp 10.000 tidak bisa dinaikan namun akan menyiasati dengan mengurangi ukuran tempenya," ujar Riyanto (31 tahun) pengrajin tempe.
Pria yang akrab disapa Ponjlong ini mengakui lemahnya nilai tukar rupiah sampai saat ini belum terasa pengaruhnya karena masih ada stok kedelai sehingga belum mengetahui harga kedelai saat ini.
Menurut dia, dalam sehari produksi hanya 100 kilogram kedelai. "Sampai saat ini masih menggunakan kedelai dengan harga lama yakni Rp 7.650 perkilogram," jelasnya.