SUKABUMIUPDATE.com - Perajin gula aren di Kampung Pasirkole Rt 04/04, Desa Mekarsari, Kecamatan Sagaranten, Kabuparten Sukabumi, kesulitan melakukan produksi karena pohon aren yang sulit ditemukan saat ini.
Suhendi (56 tahun) dan Neneng Ambarwati (45 tahun) merupakan pasangan suami istri yang bekerja sebagai perajin gula aren di kampung Pasirkole. Di kampung ini terdapat 40 keluarga yang mengandalkan gula aren sebagai sumber penghasilan.
BACA JUGA: Alami Kelumpuhan Saraf Otak, Bocah Ini Dikunjungi Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi
Karena sulitnya pohon aren, perajin hanya bisa membuat 1 Kilogram gula aren saja yang dijual hanya Rp 10 ribu.
"Kami tak punya usaha lain, kecuali ini mungkin jika banyak pohon aren produksi gula kami akan lebih banyak," ungkap Suhendi.
Pria yang akrab disapa Hendi ini menuturkan, bahan utama gula aren adalah nira yang dihasilkan dari pohon aren melalui proses penyadapan. Nira tersebut diambil langsung dari pohon aren milik orang lain. Pasalnya, Hendi memang tak memiliki pohon aren sendiri. Sistemnya, Hendi menyewa pohon arena kepada pemiliknya.
BACA JUGA: Rumah Terancam Longsor, Puluhan Warga Kabandungan Sukabumi Mengungsi
"Pohon arennya saya sewa dari tetangga, harga sewa satu pohon itu Rp 50 ribu sampai tidak bisa menghasilkan lagi," ungkap Hendi.
Saat ini, akibat langkanya pohon aren maka nira yang diperoleh hanya 4 liter hanya cukup untuk 1,5 kilogram gula aren.
BACA JUGA: Bertahun-tahun Dipasung, Dua Pengidap Gangguan Jiwa di Ciemas Sukabumi Dievakuasi
Hendi mengungkapkan, pohon aren sulit untuk dikembangbiakan karena biasanya tumbuh secara alami dan tergantung dari habitat hewan. Warga percaya dua jenis hewan yaitu luwak dan berang-berang yang biasa menumbuhkan pohon aren.
Kendati demikian, Hendi tetap menjalankan usaha membuat gula aren. Setiap hari, Hendi membagi tugas dengan istrinya, Neneng dalam memproduksi gula arena. Produksi dimulai dari mengambil nira hasil sadapan di pohon aren biasanya nira ditaruh dalam lodong sebuah wadah dari bambu.
BACA JUGA: Truk Pengangkut Kayu Terbalik di Tegalbuleud Kabupaten Sukabumi
Di rumah Neneng sudah mempersiapkan api di tungku. Nira lantas dimasak, satu bahan campuran yang khas dari gula aren di kampung ini adanya daun hiris sebagai zat pengerasa alami. Setelah proses memasak 3-4 jam, gula aren yang masih berbentuk adonan kemudian dicetak dan siap dipasarkan di wilayah Kecamatan Sagaranten.
"Meski hanya sepuluh ribu setiap hari, namun saya syukuri saja dan Alhamdulillah cukup," tukas Neneng.