SUKABUMIUPDATE.com - Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan kenaikan harga beras jenis medium tidak akan berlangsung lama. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendiardi memprediksi harga akan kembali normal saat memasuki bulan panen besar pada awal Februari atau Maret 2018 mendatang.
"Prediksi kami Februari sudah aman, akan ada tambahan pasokan sekitar 1,6 juta ton," kata Agung saat ditemui usai melepas tim bazar beras Kementerian Pertanian di Kompleks Toko Tani indonesia, Jakarta Selatan, Jumat, 12 Januari 2018.
Menurut dia, kenaikan harga beras medium dalam beberapa hari terakhir ini memang bukan disebabkan oleh turunnya produksi. Buktinya, kata Agung, produksi padi awal Januari 2018 surplus sekitar 300 ribu ton. Surplus ini didapat dari ketersediaan beras pada bulan ini yang mencapai 2,8 juta ton gabah kering giling (GKG). "Sedangkan konsumsi beras hanya sekitar 2,5 ton," ujarnya.
Sebelumnya, kenaikan harga terjadi pada beras medium di sejumlah titik, mulai dari Jakarta, Jawa Barat hingga Jawa Tengah. Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Pasar Induk Beras Cipinang Nellys Soekidi misalnya, mengaku kesulitan menetapkan HET (Harga Eceran Tertinggi) beras medium di angka Rp 9.450 per kg. "Bagaimana kami bisa menerapkan HET jika harga beras medium saja kami beli dengan harga antara Rp 9.400 sampai Rp 9.700 per kg," keluh Nellys.
Kementan sendiri telah mengakui penyebab naiknya harga beras jenis medium dalam beberapa waktu terakhir adalah karena kurangnya pasokan. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendiardi menyebut sejumlah kelompok tani ingin menjual beras produksi mereka di harga premium. "Ini karena kualitas gabah mereka memang bagus," kata Agung.
Untuk mengatasi kenaikan harga, Badan Ketahanan Pangan Kementan akhirnya menambal kelangkaan pasokan beras medium. Kementan menjual beras medium seharga Rp 8.800 melalui kegiatan bazar beras di empat wilayah yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jakarta.
Agung menuturkan upaya menambah pasokan beras medium ini akan terus dilakukan hingga harga kembali normal. Ia mengakui, operasi pasar dari Badan Urusan Logistik (Bulog) semata, tidak cukup untuk menekan harga. "Bulog tentu memiliki keterbatasan, tapi mudah-mudahan ini tidak berlangsung lama," kata Agung.
Sumber: Tempo