SUKABUMIUPDATE.com - Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah, Syakir menilai rencana pembangunan Mega Bank Islamic sangat tepat untuk Indonesia. "Mega Islamic Bank adalah bank yang pembiayaannya ditujukan khusus untuk pembangunan infrastruktur. Jadi untuk Indonesia sangat tepat," kata Syakir saat dihubungi Tempo, Sabtu, 25 November 2017.
Menurut Syakir, walaupun sasaran pembiayaan pembangunan infrastruktur, bank tersebut nanti bukan hanya untuk negara ditujukan bagi negara yang menjadi lokasi MIB, tetapi untuk semua negara anggota. Negara anggota, yaitu negara-negara Islam ditambah mayoritas muslim yang masuk sebagai anggota Islamic Development Bank (IDB).
Kendati Syakir menilai kondisi keuangan syariah di Indonesia saat ini masih tertinggal, tapi potensinya cukup besar. "Indonesia yang negara muslim terbesar di dunia, market share keuangan syariah baru sekitar 5 persen, baik perbankan maupun IKNB (Industri Keuangan Non Bank," kata Syakir.
Lebih jauh Syakir juga menyebutkan jenis lembaga keuangan syariah di Indonesia paling lengkap. Bahkan, semua inovasi bentuk dan jenis keuangan syariah ada di Indonesia.
Keunggulan lain, menurut Syakir dari segi nasabah tentu Indonesia sangat besar, mencapai sekitar 20 juta nasabah. Jumlah ini bahkan lebih besar dari jumlah penduduk beberapa anggota IDB di Timur Tengah. "Dalam salah satu riset bahkan menempatkan Indonesia pada peringkat ke-10 dalam urutan pangsa pasar aset syariah global, dengan pangsa pasar 1,39 persen," ujarnya.
Syakir membandingkan dengan Malaysia yang berada di peringkat ketiga dengan pangsa pasar 9,56 persen. "Apalagi jika dibanding dengan Iran 40,21 persen dan Arab Saudi 18,57 persen yang masing-masing berada di peringkat pertama dan kedua," kata Syakir.
Advisor Senior Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Edy Setiadi sebelumnya mengatakan akan dibangun Mega Islamic Bank di Indonesia atau Turki. "Ini masih dalam pembicaraan, donaturnya di sini sebagai suporter IDB (Islamic Development Bank) tempatnya masih diperselisihkan antara di Angkara, Turki dan Jakarta, Indonesia," kata Edy saat ditemui di Wisma Antara Jakarta, Jumat lalu.
Menurut Edy Setiadi, ini merupakan program yang ada dalam master plan keuangan syariah, bahwa perlu dibentuk Mega Islamic bank di dunia ini. Menurut Edy yang akan menjadi lead investor adalah Indonesia, Turki, Arab Saudi, dan IDB. "Kita (antar negara tersebut) senantiasa bertemu di berbagai kesempatan untuk menonjolkan keunggulan kita," ujar Edy. Ke depan, seluruh anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) bisa masuk sebagai pemegang saham dari lembaga tersebut.
Sumber: Tempo