SUKABUMIUPDATE.com - Pemerintah bakal menyederhanakan golongan listrik rumah tangga non subsidi. Konsumen setrum berdaya 900VA bakal didorong menggunakan 1300VA, sementara pengguna 1300VA - 4400VA bakal menjadi 5.500VA.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan penyederhanaan tarif listrik akan mengakibatkan konsumen berlaku boros. Dia menilai akibat aliran listrik yang loss stroom, konsumen berpotensi menggunakan energi listrik dengan tak terkendali.
Perencana keuangan Eko Endarto mengatakan apabila kebijakan itu terjadi, tidak ada pilihan lain masyarakat mesti berhemat. "Ini sama seperti kalau gaji kita dinaikin ya. Mau enggak mau kita yang mengatur kan. Bukan orang lain," ujarnya kepada Tempo, Kamis, 16 Oktober 2017.
Untuk itu, dia membagikan beberapa langkah yang bisa diterapkan masyarakat untuk mengendalikan konsumsi listrik agar tidak jebol. Kiat pertama adalah dengan menargetkan konsumsi listrik bulanan. "Jadi ditarget tiap bulan harus sama."
Pengguna listrik bisa melihat konsumsi listrik bulanannya. Apabila belum sesuai target, alias masih kebablasan, kata Eko, maka bulan depan harus menguranginya. "Mau tidak mau kita mesti pantau terus."
Apabila sistem yang digunakan adalah prabayar, maka mesti selalu dicatat jangka waktu penggunaan dari pulsa listrik yang digunakan. Sehingga untuk berikutnya bisa lebih mudah merencanakannya. "Kalau pakai yang prabayar, misalnya isi Rp 100 ribu, berapa lama ini bakal habis. Ini juga ditarget tiap bulan harus sama," kata dia.
Selanjutnya, secara teknis masyarakat bisa membatasi beberapa hal yang kerap diabaikan. "Namun agak sulit memang ya di zaman sekarang. Jadi agak menyusahkan," tuturnya.
Contohnya, kata Eko, memasang timer pada pendingin ruangan atau AC. AC bisa dinyalakan menjelang tidur, lalu diatur agar mati dengan sendirinya pada tengah malam sekitar pukul 00.00 atau 01.00, ketika pengguna listrik sudah terlelap.
Selanjutnya, adalah dengan membuat beberapa lampu terhubung dalam satu saklar yang bisa dimatikan dan dihidupkan secara bersamaan. "Itu bisa membuat efisien," kata dia.
Langkah teknis lainnya adalah secara disiplin memastikan tidak ada alat listrik yang menempel di stop kontak apabila sedang tidak dipergunakan. Menurut Eko, yang membuat tagihan listrik melonjak justru perilaku sederhana yang kadang tidak disadari. "yang jadi boros itu karena yang kecil-kecil bukan yang besar."
Tip berikutnya, kata dia, adalah memilih alat-alat dengan konsumsi daya yang rendah. Menurut dia, dewasa ini telah banyak alat yang watt-nya rendah namun tetap berkualitas bagus. "Jadi memang sejak awal harus kita atur," ucapnya.
Pemerintah bakal melakukan penyederhanaan kelas golongan pelanggan listrik rumah tangga nonsubsidi yang berlaku untuk golongan 900 VA tanpa subsidi, 1.300 VA, 2.200 VA, 3.300 VA, dan 4.400 VA.
Golongan 900 VA akan dinaikkan dan ditambah dayanya menjadi 1.300 VA, sementara sisanya akan menjadi 5.500 VA. Besaran daya 5.500 VA dipilih lantaran tarifnya yang seragam dengan golongan di bawahnya hingga 1.300 VA, yakni Rp 1.470 per kWh. Sementara pelanggan golongan berdaya 900 VA yang dinaikkan ke 1.300 VA tetap dikenai tarif Rp 1.352 per kWh.
Selanjutnya, golongan di atas 5.500 VA hingga 12.600 VA dinaikkan dan ditambahkan dayanya menjadi 13.200 VA, dan golongan 13.200 VA ke atas dayanya akan di-loss stroom.
Pemerintah berharap dengan penyederhanaan golongan listrik tersebut, tenaga listrik lebih bisa diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Karena visi pemerintah dalam bidang kelistrikkan adalah menaikkan kapasitas listrik, pemerataan layanan listrik dengan target elektrifikasi nasional 97 persen hingga tahun 2019, dan keterjangkauan masyarakat dalam mengakses listrik.
Sumber: Tempo