SUKABUMIUPDATE.com - Ketua Kamar Dagang dan Industri Rosan Perkasa Roeslani mewaspadai makin turunnya konsumsi masyarakat sejalan dengan masuknya tahun politik 2018.
Dia melihat, memasuki tahun politik menyambut pemilihan umum 2019, orang-orang memilih menyimpan dana. "Tapi itu tidak sehat kalau terlalu lama," ujarnya di Jakarta Convention Center, Rabu, 8 November 2017.
Pertumbuhan ekonomi akan berjalan, ketika masyarakat juga mengeluarkan uangnya untuk konsumsi. Perkara inilah yang mesti diselesaikan pemerintah. Rosan melihat fenomena orang memilih menabung dibanding konsumsi ini akan terjadi sampai masyarakat merasa perekonomian telah berjalan stabil kembali.
Untuk mendorong masyarakat berbelanja, Rosan mengatakan pernah mengusulkan kepada pemerintah agar membebaskan pajak pertambahan nilai (PPN) kepada masyarakat pada rentang waktu tertentu. Upaya itu, menurutnya bisa menstimulus orang untuk berbelanja. "Kebijakan itu yang perlu diihat lagi. Saya yakin orang akan banyak belanja."
Badan Pusat Statistik mengumumkan adanya perlambatan dalam pertumbuhan pada tingkat konsumsi rumah tangga di kuartal III 2017. Pada kuartal tersebut tingkat konsumsi rumah tangga tumbuh di 4,93 persen.
Survei Konsumen Bank indonesia pada bulan Oktober 2017 memperkirakan konsumen bakal cenderung menahan konsumsi dan menambah tabungan. Hal tersebut sejalan dengan melemahnya optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi.
"Terindikasi dari penurunan rasio konsumsi terhadap total pendapatan, dari 66,4 persen pada September 2017, menjadi 65,7 persen pada Oktober," dikutip dari Laporan Survei Konsumen BI Oktober 2017.
Penurunan juga terjadi pada porsi pendapatan yang digunakan untuk cicilan pinjaman, dari 14,4 persen menjadi 14,1 persen. Sebaliknya, porsi tabungan konsumen terhadap pendapatan meningkat 19,2 persen menjadi 20,2 persen.
Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini melemah dari bulan sebelumnya. Indeks Kondisi Ekonomi Oktober 2017 tercatat sebesar 107,6, turun 2,7 poin dari September 2017.
Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya seluruh komponen pembentuk indeks tersebut. Indeks ketersediaan lapangan kerja menurun 5,8 poin menjadi 98,2 pada Oktober 2017. Penurunan terjadi pada semua kelompok tingkat pendidikan responden, yang terdalam terjadi pada responden berpendidikan S2/S3 dan SMA.
Sementara itu, indeks penghasilan konsumen turun 0,1 dari bulan sebelumnya menjadi 114,5. Penurunan penghasilan terutama terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp 1 juta-Rp 3 juta per bulan.
Sumber: Tempo