SUKABUMIUPDATE.com - Nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka menguat 0,15 persen atau 20 poin di level Rp13.562 per dolar AS pagi ini, Selasa 31 Oktober 2017.
Nilai tukar rupiah berhasil memperpanjang reboundnya hingga penutupan perdagangan kemarin, Senin 30 Oktober 2017, sekaligus mengakhiri pelemahan tiga hari berturut-turut sebelumnya.
Rupiah ditutup menguat 0,20 persen atau 27 poin di Rp13.582 per dolar AS, setelah dibuka dengan rebound 0,18 persen atau 25 poin di Rp13.584. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.566 – Rp13.608 per dolar AS.
Dilansir Bloomberg, rupiah terapresiasi untuk pertama kalinya dalam empat hari saat imbal hasil AS yang lebih rendah serta ekspektasi pertumbuhan Indonesia yang lebih cepat mendorong daya tarik aset lokal.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan ekonomi Indonesia dapat berekspansi dengan laju lebih cepat tahun depan dibandingkan dengan yang sebelumnya diproyeksikan.
“Pertumbuhan dapat didorong peningkatan investasi pada tahun 2018,†ujar Sri Mulyani dalam sebuah wawancara, seperti dikutip dari Bloomberg.
Perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 5,4 persen tahun depan.Apabila terealisasi itu akan menjadi laju ekspansi tercepat dalam lima tahun. Seperti diketahui, parlemen telah mengesahkan APBN 2018 pada pekan lalu,yang memproyeksikan defisit anggaran yang lebih sempit sertatarget penerimaan pajak yang lebih tinggi.
Bersama rupiah, kinerja mayoritas mata uang Asia terpantau menguat, dipimpin won Korea Selatan sebesar 0,49 persen, rupee India dengan 0,34 persen, dan peso Filipina yang terapresiasi 0,25 persen.
Satu-satunya depresiasi hanya dialami baht Thailand yang terpantau melemah 0,07 persen.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,27 persen atau 0,253 poin ke 94,663 pada pukul 16.44 WIB.
Mayoritas mata uang emerging markets di Asia terapresiasi terhadap dolar AS akibat terbebani spekulasi bahwa Presiden Donald Trump kemungkinan akan memilih Jerome Powell sebagai Gubernur baru The Federal Reserve.
Powell dinilai memiliki pandangan lebih dovish terkait kebijakan moneter dibandingkan dengan kandidat lainnya.
“Mata uang Asia bergerak lebih tinggi saat dolar AS mengikis relinya akhir-akhir ini menyusul laporan bahwa Powell yang memiliki pandangan lebih dovish menjadi kandidat terdepan sebagai Gubernur The Fed periode berikutnya,†ujar Ken Cheung, senior FX strategist di Mizuho Bank.
Sumber: Tempo