SUKABUMIUPDATE.com - Potensi kekayaan sumber daya alam (SDA) dan hasil bumi di wilayah Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sudah tidak perlu diragukan lagi.
Selain kaya dengan sumber laut, ternyata lahan pertanian di daerah Sukabumi Selatan ini mampu menghasilkan komoditas unggulan. Sebut saja di Desa Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap, selain Kelapa, Singkong, dan Kacang tanah, kini lahan pertaniannya mampu menghasilkan Bawang merah.
BACA JUGA:Â Harga Sayur Mayur di PSM Cibadak Kabupaten Sukabumi Melonjak Tinggi
Informasi dihimpun, selama ini memang para petani di wilayah ini belum begitu antusias menanam Bawang merah, tidak seperti di Desa Pangumbahan, tetangganya. Baru tahun ini sembilan kelompok tani (Poktan), yaitu Poktan Wangi Mukti, Obor Tani Jaya, Mukti, Mukti Bahari, Giri Maruto Mukti, Nurul Dolam, Subur Tani, Darma Mulya, dan Poktan Wanita Pintar, menanam di lahan seluas satu hektare (Ha) dengan benih Bawang merah sebanyak 1.200 Kilogram (Kg).
“Benih ini bantuan dari Pemerintah Desa. Kalau dari desa kan sangat terbatas, kadang tidak semua anggota kelompok (Poktan) yang kebagian benihnya,†tutur Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Odang Andi Harto kepada sukabumiupdate.com saat ditemui, Minggu (8/10/2017).
BACA JUGA:Â Harga Ayam Potong di Pasar Cibadak Kabupaten Sukabumi masih Tinggi, Pedagang Pilih Libur
Baru tahun ini, kata Odang, ada bantuan benih dari Pemerintah Desa. “Awalnya kami mencoba, apakah lahan yang ada di Ujunggenteng ini baik atau tidak untuk Menanam Bawang merah. Ternyata cukup baik, walaupun untuk hasil sekarang sedikit terganggu oleh turunnya hujan,†ujarnya.
Kalau cuacanya bagus, lanjut dirinya, dari benih 1.200 Kg itu bisa menghasilkan sekitar 9.600 Kg. “Ini juga benihnya kebagian 100 Kg, dan sudah panen. Hasilnya 800 Kg. Ini panen darurat, karena belum saatnya. Usianya kurang dari dua bulan,†bebernya.
BACA JUGA:Â Di Pasar Cibadak Rp120 Ribu/Kg, Ini Harga Cabai Rawit di Petani Kabupaten Sukabumi
Seharusnya, sambung Odang, usianya dua bulan lebih. “Kemarin terkena banjir, tergenang air. Harganya pun anjlok. Saya jual Rp20 ribu per Kg, tapi tengkulak nawar Rp10 ribu per Kg,†keluhnya.