SUKABUMIUPDATE.com - Pemilik usaha kain Hesandra Indonesia Fanti Wahyu Nurvita mengatakan penjualan batik untuk pangsa premium menurun hingga 30 persen sejak tiga tahun lalu.
“Kondisi industri batik memang sedang tidak sama seperti 4 sampai 5 tahun lalu yang booming banget,†kata Fanti saat dihubungi Tempo, Selasa, 3 Oktober 2017.
Menurutnya hal tersebut disebabkan karena ekonomi yang sedang beralih, batik yang sekarang laris dipasaran merupakan batik yang dapat terjangkau bagi kelas masyarakat menengah. “Batik premium tetap ada peminatnya, walaupun tidak seramai dulu,†kata Fanti yang juga aktif di Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kalimantan Timur.
Fanti percaya batik adalah budaya warisan leluhur Indonesia, yang tetep ada di hati masyarakat Indonesia. Menurutnya Industri batik masih akan dapat tumbuh, karena seluruh masyarakat masih tetap menggunakan batik sebagai busana mereka terutama di acara-acara formal.
Mayang, salah seorang pedagang batik di Pasar Tanah Abang, mengaku omzetnya turun sekitar 30 persen dibanding hari-hari biasa.
“Biasanya itu Rp10 juta per hari, tapi turun jadi Rp 6-6,5 juta,†ujarnya kepada Tempo saat di temui di pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa, 2 Oktober 2017.
Ia mengatakan Hari Batik Nasional tidak membawa perubahan apapun pada daya beli masyarakat terhadap baju batik. Ia menjelaskan, justru geliat kenaikan penjualan baju batik terjadi pada hari-hari libur, seperti saat hari raya Lebaran atau tanggal merah lainnya. Mayangsari mengklaim jumlah pembelinya meningkat sebanyak 3 kali lipat.
Sumber: Tempo