SUKABUMIUPDATE.com - Pasar Induk Beras Karawang Johar, Karawang Barat, hiruk-pikuk pada Rabu pagi lalu. Saat itu aktivitas pasar sedang dalam puncaknya lantaran banyak pasokan tiba. Puluhan truk pengangkut beras hilir-mudik, tak sedikit yang terpaksa parkir hingga di tepi Jalan Tujuh Pahlawan Revolusi.
Di salah satu kios beras, seorang tengkulak menyelesaikan transaksi. Kepada Tempo, pria yang tak mau disebutkan namanya itu mengaku baru saja memasok 34 kuintal beras.Makelar yang tinggal di Kecamatan Lemahabang ini menuturkan, distribusi beras di Karawang sangat mengandalkan peran tengkulak. Bahkan, kata dia, harga beras di kawasan lumbung padi ini ditentukan oleh para calo.
"Selain ke kios, saya jadi makelar untuk pabrik penggilingan padi," kata dia, yang saat itu datang bersama sopir dan truk pribadinya, seperti dikutip dari Koran Tempo edisi Jumat (28/7/2017).
Tiga belas tahun pengalaman berbisnis beras membuat pria ini paham bahwa mekanisme harga yang ditentukan pemerintah tidak berlaku. "Harga pokok pembelian (HPP) pemerintah cuma jadi acuan calo untuk menentukan harga beli gabah kering dari petani. Kami yang menentukan harga jual ke pabrik beras." Para tengkulak tak segan membeli gabah di atas HPP, yang sebesar Rp 3.700 per kilogram.
Sumber Tempo yang lain memberikan contoh, tengkulak di Karawang beberapa pekan terakhir berani membeli gabah kualitas medium jenis Ciherang (setara dengan IR-64) bermutu baik dari petani seharga Rp 4.700 per kilogram. "Calo memasok ke pabrik penggilingan dengan laba Rp 50 per kilogram," kata dia.Â
Sebagian dari para calo itu, dia melanjutkan, memasok beras atau gabah ke penggilingan, yang kemudian menyalurkannya ke pabrik-pabrik besar. Sumber Tempo menyebutkan salah satu pabrik besar yang ia maksudkan adalah PT Jatisari Sri Rejeki—anak usaha PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.Â
Namun, saat dimintai tanggapan tentang hal ini, Sekretaris Perusahaan Tiga Pilar, Desiliani, enggan berkomentar. Demikian pula komisaris Tiga Pilar, Anton Apriyantono. "Bukan kewenangan saya," ujarnya.Â
Sebelumnya, Direktur Tiga Pilar Jo Tjong Seng menyatakan semua gabah diperoleh dari petani rekanan dengan HPP yang lebih tinggi. "Lebih tinggi karena gabah itu kadar airnya lebih rendah," kata dia di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa lalu.Â
Saat berkunjung ke kantor Tempo, pekan lalu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengakui peran makelar masih besar, sehingga rantai pasokan panjang dan harga komoditas pun mahal. Kini, kata dia, pemerintah berupaya memangkas rantai pasokan beras ke konsumen dari sembilan menjadi tiga mata rantai. Dengan cara ini, biaya distribusi bisa dihemat hingga Rp 3,9 triliun.
Sumber: Tempo