SUKABUMIUPDATE.com - Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan ekonomi Asia yang sedang berkembang akan tumbuh sedikit lebih cepat pada tahun ini. Peningkatan pertumbuhan berkat permintaan ekspor yang lebih besar daripada yang diperkirakan pada kuartal pertama.
“Kawasan Asia yang sedang berkembang mengawali tahun ini dengan baik, karena peningkatan ekspor mendorong prospek pertumbuhan seterusnya sepanjang 2017,†kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada, seperti dikutip dari Koran Tempo, Jumat (21/7/2017).
Dalam laporan Asian Development Outlook 2017, ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan kawasan Asia dari 5,7 persen menjadi 5,9 persen pada 2017. Proyeksi untuk tahun depan juga naik dari 5,7 persen menjadi 5,8 persen. Kenaikan yang lebih kecil pada 2018 mencerminkan pandangan yang berhati-hati terkait dengan keberlanjutan dorongan ekspor tersebut.
Menurut Yasuyuki, meskipun masih ada ketidakpastian mengenai seberapa kuatnya pemulihan ekonomi global, ADB melihat perekonomian kawasan Asia siap menghadapi kemungkinan jika proyeksi tersebut meleset. Pertumbuhan gabungan untuk negara-negara industri besar diperkirakan akan tetap berada di level 1,9 persen pada 2017 dan 2018.
Berdasarkan sub-kawasan, ADB memproyeksikan pertumbuhan Asia Tenggara tetap sebesar 4,8 persen pada 2017 dan 5 persen pada 2018. Akselerasi pertumbuhan di Malaysia, Filipina, dan Singapura, meskipun tren ini sedikit tertahan akibat pertumbuhan di Brunei Darussalam, yang lebih lemah daripada harapan semula. Permintaan domestik yang kuat, khususnya pengeluaran rumah tangga dan investasi, akan menopang pertumbuhan sub-kawasan Asia Tenggara.
ADB juga merevisi naik pertumbuhan di Asia Timur menjadi 6 persen pada 2017 dan 5,7 persen pada 2018. Sebelumnya pertumbuhan di kawasan ini diperkirakan masing-masing 5,8 persen dan 5,6 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap momentum pertumbuhan kinerja ekspor dan impor Indonesia terjaga sampai semester kedua 2017. Dia mengatakan pemerintah melihat kinerja ekspor dan impor dengan siklus per satu semester. “Semester satu itu kalau dibandingkan dengan tahun lalu, ekspornya masih naik 14 persen, dan impornya naik 9 persen,†ujarnya.
Menurut Sri Mulyani, momentum pertumbuhan ekonomi masih positif pada semester pertama. “Dan ini yang kami jaga pada semester kedua.â€
Badan Pusat Statistik memerinci kondisi ekonomi pada Juni 2017, nilai ekspor Indonesia turun 11,82 persen (US$ 11,64 miliar) secara year-on-year dibanding Juni 2016. Sedangkan nilai impor juga turun 17,21 persen (US$ 10,01 miliar).
Sumber: Tempo