SUKABUMIUPDATE.com - Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan tren inflasi setelah bulan puasa dan Lebaran selalu mengalami penurunan. Namun, menurut Suhariyanto, pemerintah mesti mewaspadai inflasi yang terjadi pada akhir tahun, khususnya pada Desember.
"Karena mendekati Natal dan Tahun Baru, banyak liburan. Namun, dengan pengalaman yang ada pada Januari-Juni 2017, mudah-mudahan inflasi terkendali," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto, dalam konferensi persnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (3/7).
Kecuk berujar inflasi akibat penyesuaian tarif listrik bagi rumah tangga pelanggan 900 VA pada Mei lalu, terakhir akan dirasakan pada Juni ini. Inflasi yang berasal dari penyesuaian tarif listrik tersebut disebabkan oleh pembayaran listrik dari pelanggan pasca bayar pada Juni ini.
Biaya pendidikan, menurut Kecuk, belum tercermin pada inflasi Juni ini karena tahun ajaran baru dimulai Juli mendatang. "Dampak dimulainya tahun ajaran baru akan terlihat pada inflasi bulan depan dengan adanya kebutuhan seragam. Tapi ini sesuatu yang rutin," kata Kecuk.
Karena itu, Kecuk memprediksi bahwa inflasi pada Juli mendatang tidak akan setinggi inflasi bulan ini. Menurut dia, inflasi pada kelompok pendidikan akan naik. "Tapi tidak terlalu signifikan. Dibanding listrik, dibanding bahan makanan, bobotnya tidak terlalu besar," ujarnya.
Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Juni menyentuh 0,69 persen. "Inflasi Juni terutama dipengaruhi oleh penyesuaian tarif listrik untuk rumah tangga pelanggan 900 VA, angkutan udara, dan angkutan antar kota. Inflasi bahan pangan relatif terkendali," kata Kepala BPS Suhariyanto.
Menurut data, inflasi bulan puasa dan Lebaran 2017 adalah inflasi bulan puasa dan Lebaran yang terendah sejak 2014. Pada bulan puasa dan Lebaran 2017 yang jatuh pada Mei dan Juni, inflasi masing-masing mencapai 0,39 persen dan 0,69 persen atau berjumlah 1,08 persen.
Adapun pada bulan puasa dan Lebaran 2014-2016 yang jatuh pada Juni dan Juli, inflasi mencapai 1,36 persen pada 2014 (Juni 0,43 persen, Juli 0,93 persen), 1,47 persen pada 2015 (Juni 0,54 persen dan Juli 0,93 persen), dan 1,35 persen pada 2016 (Juni 0,66 persen dan Juli 0,69 persen).
Sumber: Tempo