SUKABUMIUPDATE.com - Kini, pengrajin ukiran kayu di daerah Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, tengah mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil karyanya.
Menurut Aryanto (44), warga Kampung Citamiang RT 002/003, Desa Tegalbuleud, Kecamatan Tegalbuleud, selama belasan tahun menggeluti pekerjaan sebagai pengrajin ukiran kayu belum ada perkembangan, hanya memasarkan di wilayah Pajampangan, belum bisa menembus hingga ke luar kota.
BACA JUGA:Â Wisatawan Ramai, Omzet Warung Musiman di Pantai Ujunggenteng Kabupaten Sukabumi Malah Turun
“Hampir 15 tahun saya mendirikan sanggar seni ukiran ‘Lautan Seni’ dengan satu tujuan, selain menyalurkan bakat anak-anak muda Tegalbuleud, juga dari segi bisnisnya bisa mengangkat kesejahtraan mereka. Ada hasil yang bisa dinikmati,†tutur pria yang lebih dikenal dengan panggilan Tumijo ini kepada sukabumiupdate.com, saat ditemui di sanggarnya, Sabtu (1/7) siang.
BACA JUGA:Â Jeritan Hati Perajin Bata Merah di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Selain sekadar menyalurkan bakat seni ukir lanjutnya, sekarang ada lima orang karyawan di sanggarnya yang turut membantu. “Keinginan saya bisa lebih bertambah, cuma mereka pun perlu duit, sementara ini jujur saja, omzet kami menurun. Dari mana buat menggaji mereka. Faktor utamanya memang masalah pemasaran, kalau hanya ruang lingkup Tegalbuleud, dan Pajampangan, susah sekali, ya daya belinya kurang," papar Tumijo.
BACA JUGA:Â Kacamata Gaul Frame Kayu Maple a la Perajin di Kota Sukabumi
Lebih lanjut dirinya mengatakan. hasil ukiran di sanggarnya itu dijual dari harga terendah Rp50 ribu sampai ratusan juta rupiah, dari ukiran asbak sampai kereta kencana, burung Garuda, kursi, meja, dan yang lainnya.
“Bahannya dari kayu mahoni, jati, dan dari apa saja tergantung permintaan. Sebenarnya, kalau masalah harga bisa nego. pada intinya, kami di sini mendirikan sanggar seni ukiran untuk mengurangi pengangguran,†tutupnya.