SUKABUMIUPDATE.com - Mata uang rupiah masih menunjukkan kestabilan di tengah meningkatnya ekspektasi pengerekan suku bunga Federal Reserve pada Juni 2017 yang hampir mencapai 100 persen.
Pada penutupan perdagangan Jumat (5/5), mata uang Garuda melesu 2 poin atau 0,02 persen menjadi Rp 13.330 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp 13.354 – Rp 13.322 per dolar AS. Kurs tengah dipatok Rp 13.339 per dolar AS.
Dalam sepekan, rupiah merosot tipis sebesar 1 poin. Sepanjang tahun berjalan, harga masih menguat 1,06 persen.
Sementara itu, indeks dolar pada pukul 17:08 WIB menguat 0,75 poin atau 0,08 persen. Selama sepekan, indeks turun 0,18 persen.
Agus Chandra, research and analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan mata uang rupiah bergerak stabil di tengah meningkatnya probabilitas pengerekan suku bunga Federal Reserve pada rapat 14 Juni 2017. "Ada tekanan cukup kuat dari peluang kenaikan suku bunga The Fed. Namun, pasar masih melihat rupiah cukup positif," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat, 5 Mei 2017.
Berdasarkan data Bloomberg, pada Jumat, (5/5), probabilitas pengerekan suku bunga dalam Federal Open Market Committee (FOMC) Juni 2017 semakin menguat melonjak menuju 97,5 persen. Ekspektasi ini melambung akibat FOMC pada Rabu (3/5), memutuskan mempertahankan suku bunga di level 0,75 persen-1 persen dan membaiknya data ekonomi Amerika Serikat.
Data ekonomi tersebut ialah ISM-non Manufacturing PMI periode April 2017 yang naik menuju 57,50 dari bulan sebelumnya 55,20 dan estimasi konsensus sebesar 52,50. Kemudian klaim pegangguran sepekan turun menuju 238.000 orang dari minggu sebelumnya sejumlah 257.000 orang.
Sementara dari sisi internal, sambung Agus, pasar merespon positif kinerja produk domestik bruto (PDB) kuartal I/2017 yang tumbuh 5,01 persen secara year on year (yoy) dari 4,94 persen pada kuartal IV/2016.
Menurut dia, sampai akhir pekan ini ada sejumlah data dan agenda penting AS yang ditunggu pasar, yakni data pertumbuhan pengangguran bulanan, pertumbuhan upah tenaga kerja non pertanian atau Non Farm Payroll (NFP), rerata pendapatan per jam, dan pidato Gubernur The Fed Janet Yellen.
Data klaim pengangguran mingguan diperkirakan turun menjadi 246.000 orang, dari sebelumnya 257.000 orang. Sementara pertumbuhan pengangguran pada April 2017 diprediksi naik menjadi 4,6% dari sebelumnya 4,5 persen.
Adapun data NFP periode April 2017, yang menjadi salah satu patokan The Fed dalam menaikkan suku bunga, diprediksi meningkat menjadi 194.000 pekerja dari bulan sebelumnya 98.000 pekerja. Sementara rerata upah per jam juga diperkirakan naik menjadi 0,3 persen dari 0,2 persen pada Maret 2017. "Data NFP menjadi petunjuk bagus untuk pergerakan rupiah pada awal pekan depan," tuturnya.
Selain dari AS, pasar akan mencermati proses pemilihan umum presiden Prancis tahap kedua pada Minggu (7/5). Pada pemilu tahap pertama, Minggu, 23 April 2017, salah satu calon presiden Marine Le Pen yang dikenal dengan sikapnya yang anti Islam dan anti Uni Eropa, kalah suara dibandingkan Emmanuel Macron.
Agus memprediksi, pada pekan depan mata uang rupiah masih bergerak stabil. Rentang pergerakan sempit berada di antara Rp 13.300-Rp 13.350 per dolar AS. Bila berhasil tembus, maka rupiah berpeluang menuju Rp 13.250 per dolar As atau Rp 13.400 per dolar AS.
Sejumlah sentimen domestik yang ditunggu pasar ialah data cadangan devisa pada Senin (8/5), Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) pada Selasa, (9/5), dan penjualan eceran pada Rabu (9/5). Adapun faktor-faktor global hanya ada dari AS, yakni rilis data inflasi pada Rabu dan penjualan ritel pada Jumat  (12/5)
Â
Sumber: Tempo