SUKABUMIUPDATE.com - Presiden Joko Widodo menilai beberapa pembangunan Indonesia di sektor maritim masih tertinggal dengan negara lain. Ketertinggalan itu terutama di sektor ilmu pengetahuan dan teknologi serta riset di bidang kelautan dan perikanan.
Menurut Jokowi, sudah berpuluh-puluh tahun Indonesia tidak pernah fokus di bidang tersebut. Ia berharap pembangunan di bidang sumber daya alam laut betul-betul diperhatikan. Nelayan pun harus ditingkatkan pengetahuannya dengan penerapan teknologi baru yakni offshore aquaculture.
"Nelayan kita jangan terus diajak bekerja dengan pola yang lama. Sudah beberapa puluh tahun kita berurusan dengan cantrang. Nggak ada habisnya sehingga melupakan strategi besar yang lain yang memiliki nilai tambah yang lebi baik," kata Jokowi saat memberikan pemaparan dalam rakornas Kemaritiman, di Gedung Sasana Kriya, Taman Mini, Jakarta Timur, Kamis (4/5).
Jokowi menekankan, Indonesia merupakan negara maritim dengan 70 persen areanya adalah perairan. Namun Indonesia tak membicarakan teknologi pengelolaan laut seperti Norwegia atau Taiwan yang mengembangkan teknologi offshore quaculture.Â
"Ajari nelayan kita untuk mengetahui barang apa ini. Nilai tambahnnya bisa puluhan kali daripada yang kita lakukan sekarang ini. Sudah berpuluh-puluh tahun kita tidak berani melompat," kata dia.
Ia menambahkan, pengadaan teknologi offshore aquaculture juga tidak membutuhkan biaya mahal, hanya sekitar US$ 47 miliar. Dengan menggantikan cantrang dengan teknologi baru, menurut Jokowi ada manfaat yang dapat diambil yakni adanya transfer pengetahuan.
"Kalai kita belum bisa kerjakan sendiri, maka dikerjasamakan supaya ada transfer knowledge. Tanpa itu kita tidak akan pernah meloncat. Kita itu terlalu monoton, linier. Padahal dunia berubah cepat sekali," kata Jokowi.
Â
Sumber: Tempo