SUKABUMIUPDATE.com - Analis PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan penguatan kurs rupiah terhadap dolar AS di akhir pekan lalu dapat menjadi momentum perbaikan ke depan. Ia memprediksi laju rupiah pekan ini berada di rentang support Rp 13.352 dan resisten Rp 13.249.
Reza mengatakan laju rupiah berpotensi bertahan di zona hijau selagi laju dolar Amerika sedang melemah. "Meski demikian, tetap waspada atas laju rupiah yang masih cukup rentan terhadap sentimen negatif yang dapat mengubah arah rupiah melemah," katanya seperti dilansir keterangan tertulis, Senin, 24 April 2017.
Pergerakan nilai tukar rupiah pekan kemarin kembali melemah seiring dengan pelemahan dolar Amerika. Sepekan kemarin nilai tukar melemah 0,498 persen. Laju rupiah sempat melemah ke level Rp 13.349 atau di atas pekan sebelumnya di Rp 13.365.
Level tertinggi rupiah pekan lalu mencapai Rp 13.253. Nilainya lebih kecil dibandingkan pekan sebelumnya yaitu Rp 13.236.
Reza mengatakan laju rupiah di awal pekan mampu menguat dipicu melemahnya dolar Amerika dan terimbas pergerakan Yen Jepang yang terapresiasi. Dolar Amerika anjlok setelah Wall Street Journal merilis wawancaranya dengan Presiden Amerika Donald Trump. Trump menyatakan dolar terlalu kuat dan ingin melihat suku bunga lebih rendah.
Namun rupiah kembali tertekan meski Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan Indonesia yang surplus. Laju dolar pun melemah terhadap Yen Jepang karena permintaan atas aset safe heaven masih terjadi. "Kondisi ini terlihat dari pergerakan Yen dan emas yang masih cenderung meningkat," katanya.
Rupiah pun berbalik melemah. Pergerakan rupiah juga terimbas pelemahan Poundsterling dan Euro karena penguatan Yen. Sentimen negatif juga datang dari berita penurunan permintaan kredit dari nasabah ke perbankan menurut hasil survey Bank Indonesia (BI).
BI pekan lalu menerbitkan dua peraturan terkait dengan pinjaman dan pembiayaan likuiditas jangka pendek. Namun Reza mengatakan dampaknya tidak banyak berpengaruh terhadap laju rupiah. Begitu pula denga pemilihan kepala daerah DKI Jakarta.
Reza mengatakan pelaku pasar lebih memilih masuk kepada mata uang yang memiliki resiko dan kerentanan cukup rendah. Akibatnya, rupiah yang dinilai termasuk beresiko tinggi cenderung terkena imbas negatif.
Sumber: Tempo