SUKABUMIUPDATE.com - Siang itu, telepon seluler Dodi, pegawai swasta di Jakarta, berdering. Suara perempuan yang mengaku pegawai salah satu bank swasta di Tanah Air terdengar. Wanita itu menawarkan kenaikan plafon kartu kredit dengan syarat memberikan data pribadi.
Dodi yang tengah sibuk pun meminta perempuan dari balik telepon untuk menghubunginya nanti. Kemudian, perempuan yang mengaku bernama Nila menghubungi kembali, tetapi lewat whatsapp, aplikasi pesan instan.
Nila pun terus berjuang meminta data pribadi dan nomor kartu kredit. Dodi pun mulai merasakan ada kejanggalan dengan gelagat perempuan tersebut.
“Pokoknya, saya sudah curiga ini penipuan karena dia terus memaksa saya untuk memberikan foto kartu kredit untuk dilihat nomornya beserta foto KTP dan NPWP,†ujarnya, pekan lalu.
Sedikit iseng, Dodi terus meladeni perempuan itu tanpa memberikan apa yang diinginkannya, yakni foto kartu kredit, KTP, dan NPWP. Sampai akhirnya, dia menembak langsung lewat pesan instan kalau aksi perempuan itu adalah upaya penipuan.
Perempuan itu pun tidak bergeming. Dia terus berusaha meyakinkan Dodi kalau dirinya benar-benar dari pegawai bank.
Sayangnya, Nila melakukan blunder saat berusaha meyakinkan dirinya adalah pegawai bank. Dia sempat menyebutkan dirinya pegawai dari salah satu bank swasta. Namun, bank yang disebutkan berbeda saat awal berkenalan dengan Dodi.
“Selain itu, dia bilang kalau ini bukan penipuan, tetapi untuk menawarkan KTA , padahal awalnya dia menawarkan kenaikan plafon kartu kredit,†ujar Dodi.
Dari kejadian yang dialami Dodi itu memberikan pesan penting seiring dengan perkembangan teknologi. Masyarakat perlu berhati-hati terhadap orang tidak dikenal yang mengaku pegawai bank atau instansi lainnya yang meminta data pribadi.
General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Steve Martha mengatakan, pihak bank tidak pernah meminta foto data pribadi maupun kartu kredit untuk alasan apapun, termasuk menawarkan kenaikan plafon kartu kredit.
“Biasanya, permintaan data seperti itu dilakukan oknum yang mau mengambil data dan digunakan untuk transaksi online maupun penggandaan kartu,†ujarnya.
Steve menuturkan, untuk itu, pengguna kartu kredit tidak memberikan data-data detail kartu kredit kepada siapapun.
“Walaupun, data-data kartu kredit kerap digunakan untuk transaksi online. Kalau tujuannya memang transaksi yang sudah terpercaya, bank pun sudah menyiapkan mitigasi potensi risiko tersebut,†tuturnya.
TIPS AMAN
Selaras dengan Steve, Direktur Konsumer PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Anggoro Eko Cahyo pun menekankan, bila ada orang yang tidak dikenal, termasuk mengaku pegawai bank, meminta nomor kartu kredit sebaiknya jangan diindahkan.
Dia pun memberikan beberapa tips untuk keamanan dalam menggunakan kartu kredit, seperti tidak membagikan tiga digit nomor card verivication value (CVV) yang berada di belakang kartu. Lalu, tidak membagikan nomor kartu kredit secara penuh termasuk tanggal masa berlaku.
Dalam bertransaksi online pun juga diperhatikan situs yang dituju. Apabila situs itu tidak menerapkan 3D secure atau one time password, pengguna kartu kredit sebaiknya lebih berhati-hati.
3D Secure adalah sistem keamanan yang dibuat prinsipal kartu kredit untuk bertransaksi online. Jadi, ketika akan melakukan bertransaksi, dibutuhkan informasi detail pribadi sebagai verifikasi transaksi.
Lalu, one time password adalah keamanan dengan sistem pengiriman kata kunci kepada nasabah kartu kredit yang akan bertransaksi online. Masa berlaku kata kunci itu biasanya hanya untuk satu kali transaksi dan setelahnya sudah tidak berlaku lagi.
“Selain itu, pengguna kartu kredit juga harus berhati-hati bila bertransaksi di merchant, tetapi kartu kredit juga digesek kepada mesin selain EDC milik bank,†ujarnya.
Pasalnya, bisa jadi alat gesek yang bukan EDC itu digunakan oleh pelaku merchant untuk mengambil data-data kartu kredit maupun pribadi pengguna kartu.
Untuk itu, agar bisa menggunakan kartu kredit tetap aman dan nyaman, masyarakat tidak boleh lengah terhadap oknum-oknum yang meminta data maupun informasi pribadi. Pasalnya, kejahatan itu pun terjadi karena adanya kesempatan yang terbuka.
Â
Sumber:Â Tempo