SUKABUMIUPDATE.com - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri furniture dan kerajinan merupakan salah satu sektor padat karya berorientasi ekspor dengan serapan lebih dari 500 ribu tenaga kerja. Dengan tingginya potensi yang dimiliki industri tersebut, pemerintah menargetkan nilai ekspor furniture tahun ini mencapai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 26,8 triliun.
"Dan pada 2020 mencapai US$ 5 miliar. Tujuan ekspor utama Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat," kata Airlangga dalam pembukaan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2017 seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Sabtu (11/3).
Airlangga mengusulkan agar industri tersebut mendapatkan pemotongan pajak penghasilan (PPh). Dalam waktu dekat, Kemenperin akan membahasnya dengan Kementerian Keuangan agar isentif itu terlaksana pada 2017. “Investment allowance yang diwujudkan lewat diskon PPh ini digunakan untuk ekspansi usaha sehingga lapangan kerja meningkat, bukan untuk deviden," ucapnya.
Untuk memacu kinerja industri furniture dan kerajinan, Kemenperin juga mendorong program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). “Agar regulasi pengadaan barang dan jasa pemerintah, khususnya pengadaan meja dan kursi sekolah, bisa menggunakan rotan sebagai bahan baku," ujar Airlangga.
Menurut Airlangga, industri furniture dan kerajinan merupakan sektor yang berbasis gaya hidup atau lifestyle masyarakat. Untuk inovasi desain produk yang mengikuti selera pasar terkini diperlukan agar mampu bersaing dengan barang-barang impor dari luar negeri.
Airlangga menambahkan terdapat tiga faktor penting yang menentukan pengembangan inovasi desain produk industri furniture dan kerajinan, yakni modal, teknologi, dan sumber daya manusia. "Untuk mengembangkan SDM, Kemenperin memfasilitasi pengembangan pendidikan vokasi melalui pembangunan politeknik khusus furniture tahun ini di Semarang.â€
Â
Sumber: Tempo