SUKABUMIUPDATE.com - Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Cianjur terus meroket yang pada tingkat pengencer sudah mencapai Rp200 ribu perkilogram. Ironisnya pada harga setinggi ini pun pedagang mengeluh karena nilai penjualan menurun akibat pembeli membatasi daya belinya.
"Hari ini harga cabai di pedagang keliling Rp 10 ribu per ons, kalau beli per kilo menjadi Rp 200 ribu. Tidak beda jauh dengan pedagang di pasar tradisional yang menjual Rp 180 ribu per kilogram," kata Gina (39), ibu rumah tangga warga Desa Nagrak, di Cianjur, Selasa, 7 Maret 2017.
Dia menuturkan, seiring meroketnya harga cabai sejak beberapa bulan terakhir, ibu-ibu rumah tangga membantasi pembelian, bahkan ada yang menganti cabai dengan bumbu masakan instan.
Sejumlah pedagang di Pasar Induk Pasir Cianjur, mengatakan, hingga saat ini harga cabai masih tinggi pada angka Rp 140 ribu sampai Rp 180 ribu per kilogram, karena minimnya pasokan dari tengkulak menyusul cuaca ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah penghasil cabai.
Cabai rawit merah masih Rp 140 ribu - Rp 180 ribu perkilogram, cabai rawit hijau Rp 50 ribu per kilogram. "Jenis cabai lainnya naik turun, seperti cabai tanjung dari Rp 40 ribu per kilogram turun menjadi Rp 23 ribu per kilogram, tapi sekarang Rp 35 ribu per kilogram," kata Hendi (35), pedagang cabai di Pasar Induk Cianjur.
"Kami tidak tahu pasti harga mahal itu apakah dari petani atau permainan bandar karena kami pernah mendapat informasi harga dari petani tidak lebih dari Rp 50 ribu perkilogram. Kami terpaksa membeli untuk menutupi pesanan dan stok untuk berjualan," kata dia.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Perindustrian dan Perdagangan Cianjur Himan Haris menilai kenaikan harga cabai rawit dan cabai lainnya di pasaran adalah ulah tengkulak dan pedagang nakal.
"Kita akan kembali melakukan sidak secara acak ke sejumlah pasar yang ada di Cianjur. Pasalnya di sejumlah pasar tersebut harga cabai berbeda-beda. Kita akan tindak tegas tengkulak, bandar dan pedagang nakal yang mempermainkan harga," kata Himan.
Sumber:Â Tempo