SUKABUMIUPDATE.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tengah menjajaki penambahan impor liquified petroleum gas (LPG) dari Iran, tahun depan. Volume pengadaan bakal ditambah dari saat ini sekitar 600 ribu metrik ton LPG menjadi 1 juta ton. "Kami sedang mengevaluasinya," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi, I Gusti Nyoman Wiratmaja, kepada Tempo, Ahad 5 Maret 2017.
Upaya Indonesia melobi tambahan volume impor itu disertai dengan permintaan diskon harga. Diketahui, nilai kontrak pengadaan LPG yang diteken pada Mei tahun lalu mencapai US$ 60 juta. Tapi realisasi pengiriman pada tahun lalu baru sebesar 88 ribu ton. Sisanya akan dikirimkan pada tahun ini.
Wiratmaja mengatakan penambahan impor bertujuan untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi LPG. Kementerian Energi mencatat pengeluaran subsidi LPG naik rata-rata 13 persen setiap tahun.
Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017, kuota LPG bersubsidi ditetapkan 7,09 juta metrik ton, atau naik dibanding jatah pada tahun lalu sebesar 6,25 juta metrik ton. Peningkatan kuota diberikan seiring dengan kebijakan pembagian 537 ribu paket perdana LPG dalam program konversi minyak tanah.
Direktur Pemasaran Pertamina, Iskandar, memprediksi dana subsidi yang ditanggung pemerintah pada tahun ini membengkak. Sebab, asumsi Crude Price Aramco, yang digunakan sebagai patokan harga dalam APBN, hanya US$ 300 per metrik ton. Padahal saat ini harga sudah naik perlahan di kisaran US$ 320 per metrik ton. "Subsidi energi besarnya di LPG," ujar Iskandar, beberapa waktu lalu.
Wakil Menteri Energi Arcandra Tahar berharap Iran bisa memenuhi 10 persen kebutuhan impor LPG domestik atau sekitar 700 ribu ton per tahun. Saat ini, hampir seluruh pasokan LPG impor berasal dari Arab Saudi. "Kami berharap maksimal sekitar 10 persen dari kebutuhan impor LPG."
Arcandra mengemukakan pemerintah juga mengincar kerja sama pengelolaan dua lapangan minyak Iran, yaitu Ab-Teymour dan Mansouri. Dua lapangan ini menyimpan potensi minyak hingga 3 miliar barel. Angka itu setara dengan cadangan minyak terbukti seluruh Indonesia yang mencapai 3,8 miliar barel.
Jika kerja sama terealisasi, produksi dari kedua lapangan itu akan mencapai 400 ribu barel per hari. Jumlah itu setara dengan 37 persen produksi minyak rata-rata nasional setahun. Menurut Arcandra, Iran menyambut positif rencana tersebut.
Sumber: Tempo