SUKABUMIUPDATE.com - Kenaikan tarif listrik daya 900 VA khususnya pelanggan pasca bayar diprediksi secara dominan mendorong inflasi Februari 2017 lebih tinggi dari rata-rata inflasi dalam lima tahun terakhir yaitu 0,10 persen (month to month).Â
"Inflasi Februari diperkirakan sebesar 0,30 persen (month to month)," ujar Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, saat dihubungi Tempo, Rabu (1/3).
Josua mengatakan dampak kenaikan tarif listrik untuk pelanggan prabayar sudah lebih dulu tercerminkan pada inflasi Januari lalu. Sedangkan, menurut harga pangan bergejolak atau volatile foods diprediksi menyumbang deflasi pada Februari 2017. "Hal itu seiring dengan tren penurunan harga komoditas pangan," katanya.Â
Adapun beberapa komoditas pangan yang mengalami penurunan harga adalah daging ayam dengan -8,5 persen (month to month) dan telur ayam -4,3 persen (month to month).
 Sehingga Josua memperkirakan inflasi tahunan Februari 2017 akan berada di kisaran 3,90 persen (year on year). Sementara itu, inflasi inti diprediksi stabil di level 3,28 persen (year on year).Â
Sebelumnya, pada Januari 2017 inflasi tercatat sebesar 0,97 persen. (month to month) atau sebesar 3,49 persen (year on year). Inflasi Januari lalu lebih dipengaruhi oleh barang yang harganya diatur oleh pemerintah atau administered prices yang berkontribusi hingga 2,57 persen.Â
Inflasi tertinggi pada Januari 2017 terjadi di Pontianak, yaitu sebesar 1,82 persen dan inflasi terendah terjadi di Manokwari, sebesar 0,09 persen. Total ada 82 kota di seluruh Indonesia yang masuk dalam survei.Â
Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis angka inflasi Februari 2017 atau perkembangan indeks harga konsumen. Agenda pengumuman inflasi serentak di seluruh Indonesia itu dijadwalkan dimulai pukul 11.00 WIB.
Selain inflasi, BPS juga akan menyampaikan indeks harga perdagangan besar Februari 2017, perkembangan nilai tukar petani dan harga gabah Februari 2017, serta perkembangan pariwisata dan transportasi Januari 2017.Â
Â
Sumber: Tempo