SUKABUMIUPDATE.Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) memprediksi pasokan minyak dan gas untuk kebutuhan energi pada 2025 akan berkurang. Pemerintah diminta segera menentukan langkah antisipasi.
Kepala Bagian Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan total kebutuhan migas pada 2025 sebesar 3,5 juta barel oil equivalent. Saat ini, kemampuan produksi migas hanya sekitar 2 juta barel oil equivalent. "Dengan eksplorasi dan drilling yang sangat sedikit, kemampuan produksi akan semakin menurun," kata dia dalam acara Ngobrol @Tempo di Hotel Aryaduta, Jakarta, Selasa (31/1).
Berdasarkan kajian SKK Migas, produksi migas pada 2025 diperkirakan hanya 1,5 juta barel oil equivalent. Dengan rincian 900 ribu barel gas dan 600 ribu barel minyak. "Artinya, ada gap 2 juta barel oil equivalent dengan kebutuhan," kata dia.
Taslim mengatakan kekurangan pasokan migas bisa dipenuhi melalui peningkatan kegiatan eksplorasi atau impor. Menurut dia, pemerintah harus segera menentukan pilihan pemenuhan pasokan. Pasalnya, hanya tersisa 8 tahun lagi menuju 2025.
Taslim mengatakan kedua pilihan beresiko. Pemenuhan pasokan melalui produksi dalam negeri butuh waktu yang lama. Waktu yang dibutuhkan sejak pencarian cadangan hingga produksi mencapai bisa sampai 15 tahun. Contohnya saja Blok Cepu yang ditemukan pada 2001 namun baru produksi penuh pada 2016.
Sementara itu, impor bisa menghilangkan dampak berlipat investasi di hulu migas. Taslim mengatakan Rp 1 miliar yang diinvestasikan di dalam negeri bisa mengasilkan Rp 1,6 miliar output ekonomi. Selain itu, ada tambahan 700 juta bagi PDB dan tambahan sebanyak 20 persen bagi ekonomi rumah tangga. "Ada tambahan lapangan pekerjaan yang besar juga," kata dia.
Â
Sumber: TEMPO