SUKABUMIUPDATE.com -Direktur Pengolahan PT Pertamina Toharso mengatakan ada 35 kejadian berhentinya sebagian operasi kilang Pertamina atau unplan shutdown selama 2016. Potensi pendapatan yang hilang akibat kejadian tersebut cukup besar yaitu sekitar US$ 70 juta.
"Memang kilang milik PT Pertamina masih sering terjadi gangguan operasi," kata Toharso saat ditemui di kantor pusat PT Pertamina, Jakarta Pusat, Selasa 24 Januari 2017.
Toharso menuturkan kalau yang terjadi adalah unplan shutdown, bukan total blackout yang berarti berhenti secara total operasi di suatu kilang. "Itu tidak direncanakan, tugas kami bagaimana unplan shutdown ini berkurang."
Menurut Toharso potensi kehilangan pendapatan akibat unplan shutdown itu adalah sekitar US$ 70 juta. Sedangkan dari 35 kejadian tersebut, diketahui ada 120 hari yang kemudian membuat kinerja di kilang menjadi tidak maksimal, akibat unplan shutdown tersebut.
Sementara Wakil Direktur Utama PT Pertamina Ahmad Bambang menegaskan kalau angka US$ 70 juta, merupakan potensi pendapatan yang hilang. Namun dia menjelaskan kalau pihaknya akan berpikir ke depan, dan melakukan upaya-upaya untuk mengurangi dan memperbaiki hal tersebut.
Utamanya adalah bagaimana melakukan operasional di kilang, dengan meningkatkan standar efisiensi yang tinggi. "Berpikir ke depan, bagaimana beroperasi dengan tingkat efisiensi tinggi," ujar Ahmad Bambang.
Pada 15 Januari lalu, kilang minyak milik PT Pertamina di Balikpapan mengalami blackout akibat bocornya pipa uap ke pembangkit kilang. Kejadian ini membuat banyak warga di Balikpapan heboh akibat suara gemuruh yang dihasilkan oleh kejadian itu.
Atas kejadian tersebut, Ahmad Bambang mengucapkan permohonan maaf kepada warga Balikpapan. Dia mengaku mengikuti kejadian itu melalui akun twitternya. "Mohon maaf untuk warga Balikpapan yang sempat panik akibat kejadian itu," ucap Ahmad Bambang.
Sumber: TEMPO