SUKABUMIUPDATE.com - Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal memperkirakan inflasi sepanjang Januari 2017 dapat melaju di atas 0,6 persen atau lebih tinggi dari Desember 2016 sebesar 0,42 persen dengan pendorong terbesar dari administered price.  "Selain itu, inflasi dari golongan bahan pangan juga akan meningkat dibanding Desember 2016 yang hanya 0,5 persen, begitu juga makanan jadi," kata Faisal di Jakarta, Jumat (13/1).
Faisal mengatakan inflasi tahun ini akan berada di kisaran 4-5 persen, dengan dominasi gejolak harga kelompok bahan pangan yang bisa menyentuh laju 3,5 persen. Namun, bedanya dengan tahun lalu, faktor penurunan harga bahan bakar minyak di April 2016 menekan inflasi serta pelemahan daya beli. Selain itu, terjadi penundaan belanja setelah Lebaran  membuat inflasi 2016 turun lagi jadi 3,0 persen.
"Jadi di tahun 2017, potensinya masih sama, dengan memperhitungkan gejolak bahan pangan saja inflasi akan sekitar 3,5 persen. Tapi jika tarif listrik dan elpiji benar dinaikkan, berpotensi menaikkan inflasi satu digit, jadi sekitar 4,5 persen," kata Faisal.
Otoritas moneter mengestimasi laju inflasi pada pekan pertama Januari 2017 sebesar 0,74 persen (month-to-month) atau 3,26 persen (year-on-year). Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan inflasi tersebut lebih tinggi dari Desember 2016 sebesar 3,02 persen. Â Kenaikan biaya administrasi pengurusan surat-surat kendaraan bermotor berdampak ke inflasi sekitar 0,25 persen.
"Inflasi Desember 2026 masih relatif rendah. Tingginya inflasi Januari 2017 ini karena beberapa faktor yaitu kenaikan biaya pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) berdampak ke inflasi 0,25 persen," ujarnya.
Sumber: Tempo