SUKABUMIUPDATE.com - Pengusaha sambel pecel di Blitar, Jawa Timur terpaksa mengurangi pembelian cabai, sebagai dampak meroketnya harga cabai yang hampir menembus angka Rp100 ribu/Kg.
Supriyati, salah seorang pengusaha sambel pecel asal Desa Gleduk, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengatakan dalam sekali produksi, biasanya ia membutuhkan cabai hingga 11Kg.
"Biasanya butuh 11Kg, tapi karena harga cabai mahal saya kurangi dua kilogram," katanya pada wartawan di Blitar, Minggu (8/1).
Ia mengaku kenaikan harga cabai membuatnya harus mengeluarkan biaya berlebih. Padahal, cabai adalah salah satu bahan utama dalam pembuatan sambel pecel yang merupakan usahanya.
Selain sambel pecel, bahan lainnya adalah kacang, daun jeruk purut, serta aneka bumbu dapur, misalnya bawang puting, gula, dan bumbu lainnya. Namun, dari beragam bumbu untuk membuat sambel pecel itu, yang paling membuat sedih adalah harga cabai.
Saat ini, harga cabai di pasar sudah hampir Rp100 ribu/Kg. Padahal, kebutuhan untuk cabai sangat besar, sehingga terpaksa mengeluarkan biaya ekstra.
Ia mengaku tidak berani mengurangi takaran bumbu, sebab khawatir para pelanggannya akan lari. Walaupun harga mahal, ia hanya bisa berharap usahanya tetap berjalan baik.
"Saya hanya mempertahankan konsumen agar tidak lari. Jika tidak dilayani, langganan akan lari," katanya.
Supriyati mengaku sudah lama menggeluti usaha sambel pecel ini. Untuk satu kilogram sambel pecel, dijualnya dengan harga Rp35 ribu. Para pelanggannya juga dari beragam daerah, sekitar Blitar, serta sejumlah kota di Jatim.
Untuk kemasan pun, ia juga menyediakan beragam, baik kemasan kecil hingga besar, tergantung pesanan. Selama ini, sambel pecel jualannya dikirimkan ke sejumlah pedagang maupun para pemesan.
Dalam menjalankan usahanya ini, Supriyati juga dibantu sejumlah tetangganya. Mereka membantu mulai dari awal memilih bumbu, mengangin-anginkannya agar berkurang kandungan air, membantu menggiling sambel pecel, serta mengemasnya.
Ia berharap harga cabai bisa secepatnya stabil, sehingga pengusaha kecil seperti dirinya tidak terlalu menderita kerugian. Dalam sekali produksi, ia bisa mengeluarkan tambahan biaya hingga Rp500 ribu, yang salah satunya karena tingginya harga cabai dan tidak berimbang dengan harga sambel pecel.