SUKABUMIUPDATE.COM - Kementerian Perindustrian tengah mengembangkan prototipe kendaraan pedesaan yang berfungsi sebagai alat angkut hasil pertanian dan perkebunan.
Prototipe kendaraan niaga multiguna yang ditargetkan rampung diproduksi pada tahun 2017 ini diharapkan dapat mendorong kegiatan ekonomi di pedesaan, termasuk bagi sektor industri kecil dan menengah.
"Saat ini masih dalam tahap desain, modelnya seperti pikap, roda empat dan belakangnya bisa diubah-ubah sesuai aktivitasnya. Untuk variannya akan mengikuti kontur pedesaan masing-masing. Tahun depan prototipenya sudah bisa rampung," kaya Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa.
Airlangga, dalam keterangan tertulis, mengatakan bahwa selain menciptakan prototipe, Kemenperin juga akan menetapkan standar produk serta mentransfer teknologi kepada para peminat yang ingin membuat mobil desa tersebut.
"Prototipenya boleh dipergunakan siapa saja yang mau memasarkan dan memproduksi mobil kecil ini karena bisa dikerjakan sekelas bengkel di desa," tuturnya.
Mobil yang dikembangkan oleh anak bangsa ini dipacu untuk mencapai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 90 persen. Namun demikian, untuk permesinan akan menggandeng perusahaan yang sudah andal.
"Untuk critical equipment seperti mesin dan axle, ada salah satu produsennya," ungkap Airlangga.
Kemenperin optimistis, peluang pasar untuk kendaraan pedesaan ini masih cukup besar dengan segmen di bawah 1000 cc. Bahkan, kata Airlangga, para agen pemegang merek (APM) akan menyambut baik kehadiran mobil desa ini.
"Respons mereka positif. Malah kalau rupiah stabil kami perkirakan harga jualnya di bawah Rp100 juta," tegas Airlangga.
Dalam pelaksanaannya, Kemenperin bersama sejumlah pelaku industri otomotif dan akademisi telah berkomitmen untuk mempercepat pengembangan kendaraan pedesaan.
Kesepakatan ini dituangkan dalam penandatanganan MoU antara Kemenperin dengan Institut Otomotif Indonesia (IOI) dan 22 perguruan tinggi dalam upaya penguatan industri kecil dan menengah di sektor otomotif, peningkatan kapasitas SDM industri otomotif serta pengembangan kendaraan pedesaan.
Pada kesempatan focus group discussion, Presiden IOI, I Made Dana M. Tangkas mengatakan, pihaknya memiliki tugas untuk menyinergikan dan mengoptimalkan peran sejumlah lembaga yang telah ada di Indonesia untuk memperkuat daya saing industri otomotif Indonesia.
"Negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia telah memiliki institut otomotif, Indonesia tidak boleh ketinggalan. Kami memiliki tiga tugas utama, pertama sertifikasi kompetensi, kemudian pengembangan IKM dan kendaraan pedesaan," ujarnya.
Menurutnya, sebanyak 1,3 juta tenaga kerja industri kendaraan roda empat di Indonesia perlu mendapatkan sertifikasi. Pasalnya, sertifikasi ini memiliki peran vital dalam melindungi tenaga kerja industri otomotif nasional di era globalisasi saat ini.
"Tidak menutup kemungkinan, tenaga-tenaga ahli Indonesia yang telah tersertifikasi, kelak akan berkarir di luar negeri," tuturnya.
Sementara itu, dalam program pengembangan IKM, IOI sedang menyusun program untuk membina sejumlah industri komponen di Ceper dan Tegal, Jawa Tengah. Melalui peningkatan kapasitas IKM ini, diharapkan produk yang dihasilkan lebih berdaya saing di pasar otomotif nasional.
Pendidikan vokasi Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat mengatakan, dalam pengembangan industri otomotif nasional saat ini perlu adanya keterkaitan sistem pendidikan vokasi dalam negeri dengan kebutuhan tenaga kerja industri.
"Indonesia perlu menerakan pendidikan vokasi yang link and match dengan industri. Oleh karena itu, keberadaan IOI diharapkan mampu menyinergikan seluruh pihak, baik akademisi maupun industri," ujarnya.
Sedangkan, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Haris Munandar menyampaikan, pihaknya memiliki 300 peneliti serta 22 balai penelitian dan sertifikasi industri yang dapat dimaksimalkan mendukung daya saing industri nasional termasuk sektor otomotif.
"Dari jumlah tersebut, terdapat dua balai yang bergerak di sektor otomotif. Keberadaan IOI juga diharapkan mampu menjembatani kendala akademisi otomotif yang selama ini berhenti pada tahap riset tanpa ditindaklanjuti dengan produksi massal," paparnya.
Di lain pihak, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsah Suryadi mengungkapkan, program pengembangan industri otomotif di Indonesia tidak dapat dilakukan oleh satu pihak, melainkan harus mengkolaborasikan peran pelaku industri, akademisi dan pemasok komponen.
"Perguruan tinggi tidak bisa mengembangkan industri otomotif sendirian, tetapi harus ada peran Kemenperin, IOI dan pelaku industri," jelasnya.
Guru Besar Universitas Indonesia Teuku Yuri M. Zagloel mengatakan untuk mengembangkan industri otomotif nasional, dibutuhkan tiga faktor utama yakni keberadaan pasar, kemampuan produksi serta kekuatan finansial dan sumber daya manusia.
"Pendidikan tinggi atau vokasi perlu memenuhi tiga faktor itu. Selain itu, kita harus punya grand design sehingga seluruh aspek yang dibutuhkan dapat terukur dan diintegrasikan," ujarnya.