SUKABUMIUPDATE.COM - Â Styrofoam yang memiliki nama lain polystyrene biasa digunakan untuk kemasan makanan atau minuman, nampak praktis dan rapi. Produk yang berasal dari minyak bumi ini hanya untuk sekali pakai, bahkan baiknya dihindari jika diproduksi hanya sebatas untuk kemasan makanan.
Namun, penggunaan styrofoam bisa menjadi lain di tangan-tangan orang-orang kreatif. Mereka berimprovisasi mengubah spons menjadi bernilai lebih. Lebih kreatif, artitistik dan bernilai ekonomi tinggi.
Ranto Pardamean Purba, atau karib disapa Ranto Focus (45), seorang seniman rupa Sukabumi ini, berinovasi mengubah spons menjadi ornamen interior yang indah, kaya akan rasa, unik, dan mampu membuat ruangan nampak lebih cantik. Sebuah seni tradisional progresif.
Latar belakang Ranto kecil yang berdarah Batak (bapak) dan ibu dari Sunda ini, memang sudah akrab dengan seni rupa. Berkeinginan lebih serius menekuninya, selepas bangku sekolah menengah atas (SMA), tahun 1988, ia pun memutuskan untuk meninggalkan kediamannya di Griya Selabumi Indah, dan pindah ke Bali.
Di Pulau Dewata ia memperdalam seni lukis, ukir patung kayu, ukir patung batu paras, seni relif kayu, dan seni relif batu paras atau tembok. Selain itu, ia juga memperdalam seni tari dan pertunjukan.
Namun, krisis ekonomi dan moneter 1997, turut mempengaruhi dunia seni dan pariwisata di Pulau Dewata. Hingga pada 1999, Ranto Focus pun memutuskan kembali ke Kota Sukabumi.
“Karena turis sepi otomatis dunia seni di Bali terombang-ambing. Dua tahun saya mencoba bertahan, tapi akhirnya pulang kampung juga. Di Sukabumi, saya terus beraktivitas di dunia seni rupa. Sebelum kemudian terjun ke dunia film, dengan mengerjakan ukiran-ukiran dan patung," ungkap Ranto kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (12/11).
Di Sukabumi, Ranto menjadikan bahan baku styrofoam dan fiber atau resin, busa eva, spons, dan karet sandal sebagai media kreatifnya.
Pada saat terlibat persiapan tour Wayang Suku Raga, Ranto mendalami spons untuk membuat properti dan Wayang Suku Raga berukuran raksasa. Saat itu, ia lebih eksploratif dengan mencoba segala bentuk ornamen interior berbahan dasar spons.
“Alhamdullilah, hampir semua bisa dibuat dari spons. Dari lukisan, relief dinding, sketsel untuk sekat ruangan, kaligrafi, dan lain-lain," jelas warga Griya Selabumi Indah tersebut.
Sejak saat itu, ia mulai berpikir mendirikan Kampung Ukir Spons Sukabumi. “Seperti kampung ukir kayu di Jepara, gitu lah. Ternyata respons masyarakat Sukabumi setelah melihat langsung karya saya, cukup bagus, dan rata-rata mengaku takjub,†imbuhnya.
Proses kreatif Ranto dalam menggeluti ukiran spons untuk ornamen interior, baru serius digarapnya pada pertengahan 2016. Ranto yang tergabung dalam Wayang Suku Raga kala itu, melakukan tour pentas wayang di Taman Ismail Marzuki dan Taman Mini Indonesia Indah.
Wayang Suku Raga bukan seperti wayang lainnya, pemeran Wayang Suku Raga menggambarkan seluruh anggota badan yang ada di tubuh kita, seperti mata, hidung, telinga, dan lainnya. Sedangkan pembuatan Suku Raga dari bahan spons merupakan seni spesifik, yang proses kreativitasnya sebagai upaya membuat karya seni berbahan modern, namun tetap membumikan nilai-nilai kearifan lokal.
Bentuk pengakuan terhadap keberadaan Wayang Suku Raga, adalah ketika diangkat pada pertunjukan konser kebudayaan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta, awal Maret 2016 silam. Sementara, pengakuan resmi sudah diperoleh sejak 12 Februari 2016, sebagai kesenian khas Kota Sukabumi.
Untuk merintis Kampung Ukir Spons di Sukabumi, Ranto giat merancang strategi dengan melakukan pelatihan-pelatihan gratis, agar semakin banyak peminat yang terjun dalam seni rupa yang ia geluti. Dengan begitu, ia bisa menghimpun lebih banyak karya pada saat market seni dekorasi interior mulai ramai.
“Saat ini saya sedang menularkan virus seni ini di seluruh pengurus Karang Taruna Kota Sukabumi. Alhamdullilah, pada pertemuan Karang Taruna se-Jawa Barat di Ciwidey yang digelar hingga 12 November, berhasil memamerkan beberapa karya ukiran spons,†pungkas Ranto.