SUKABUMIUPDATE.COM - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, bergerak melemah sebesar empat poin menjadi Rp13.015, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.011 per dolar AS.
"Laju rupiah cenderung tertahan di tengah sentimen global yang masih dominan, namun ruang untuk kembali menguat masih tersedia meski terbatas," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakara, Selasa (25/10).
Ia mengatakan, pelaku pasar saat ini sedang fokus terhadap pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) serta pemilu Amerika Serikat pada awal November 2016.
Ia menambahkan bahwa dolar AS juga mendapat sentimen positif setelah data Indeks Pembelian Manajer (PMI) sektor manufaktur Amerika Serikat diumumkan naik ke 53,2 pada Oktober 2016 dari 51,5 pada bulan sebelumnya.
Dari dalam negeri, lanjut dia, fokus pelaku pasar uang saat ini juga sedang tertuju pada inflasi Oktober 2016 yang diperkirakan naik. Setelah itu, fokus beralih ke angka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal III 2016 yang diperkirakan baik oleh Pemerintah dan Bank Indonesia di bawah pencapaian periode sebelumnya.
"Secara umum, performa rupiah relatif masih baik terhadap dolar AS, menandakan adanya perbaikan fundamental ekonomi domestik yang bisa juga dikonfirmasi oleh selisih antara imbal hasil surat utang negara (SUN) dan US Treasury yang terus menipis secara konsisten," paparnya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa dolar AS masih menguat secara luas menyusul kemungkinan kenaikan suku bunga pada akhir tahun 2016 ini.
"Pasar menilai, peluang kenaikan suku bunga pada bulan Desember menjadi sekitar 70 persen," katanya.