SUKABUMIUPDATE.COM - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar Bank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah 19 poin menjadi Rp13.144 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.125 per dolar AS.
"Penguatan rupiah tertahan di tengah penguatan dolar AS di pasar global menyusul rilis data inflasi Amerika Serikat yang naik melebihi ekspektasi," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan bahwa menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 20-21 September 2016 dan didukung data Amerika Serikat yang membaik akan meningkatkan spekulasi kenaikan suku bunga acuan AS.
Rangga mengemukakan bahwa inflasi Amerika Serikat naik ke 1,1 persen "year on year" dari 0,8 persen "year on year" di Agustus 2016 sementara inflasi inti naik ke 2,3 persen "year on year" dari 2,2 persen "year on year".
Namun, ia mengatakan bahwa pelemahan rupiah relatif terbatas di tengah eforia pencapaian uang tebusan amnesti pajak yang terus meningkat sehingga mendorong optimisme di pasar keuangan domestik.
Ia menambahkan bahwa fokus juga tertuju pada pertemuan Bank Indonesia yang diperkirakan memanfaatkan peluang pemangkasan 7-Day Repo Rate untuk merespon inflasi yang turun di bawah 3 persen "year on year pada Agustus.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa fluktuasi mata uang domestik masih cenderung bervariasi sehingga membuat pelaku pasar lebih cenderung memilih strategi jangka pendek.
"Kami berharap nilai tukar rupiah dapat menemukan momentumnya untuk bergerak positif dengan dukungan sentimen dari dalam negeri terutama dari kebijakan Bank Indonesia," katanya.