SUKABUMIUPDATE.com - Penetapan 1 Syawal 1 Syawal 1443 H (Hijriah) atau Hari Raya Idul Fitri 2022 di Indonesia akan dilakukan dalam sidang Isbat Kementerian Agama pada hari Minggu 1 Mei 2022. Sidang membutuhkan data hasil pengamatan kegiatan rukyat hilal atau pengamatan Bulan sabit muda untuk memastikan apakah hilal dapat teramati atau tidak.
Mengutip berita tempo.co, menurut kriteria baru MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), hasil rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat. Kriteria ini merupakan pembaruan dari kriteria sebelumnya, yakni ketinggian 2 derajat dengan sudut elongasi 3 derajat.
Bagaimana potensi keterlihatan hilal 1 Syawal nanti secara global maupun di Indonesia? Berikut penjelasan dari peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang,
- Pengamatan Sabtu, 30 April
Pergantian bulan baru membutuhkan prasyarat terjadinya konjungsi atau ijtimak. Ini adalah peristiwa Bulan dan Matahari berada di bujur astronomis yang sama ketika diamati dari Bumi. Setelahnya barulah menghitung posisi Bulan saat Matahari terbenam (hilal)--juga posisi Bulan dari Matahari atau sudut elongasi.
Konjungsi yang menjadi fase Bulan Baru awal Syawal 1443 H jatuh pada Sabtu, 30 April 2022, pukul 20.27.57 Universal Time atau Minggu, 1 Mei 2020, pukul 03.27.57 WIB. Itu artinya, untuk wilayah Eropa, Afrika dan sebagian Asia bagian barat-tengah mengalami konjungsi setelah Matahari terbenam pada Sabtu, 30 April 2022. Sedangkan Amerika Utara dan Selatan sudah mengalami konjungsi sebelum Matahari terbenam pada hari yang sama.
Sedangkan Asia Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru akan mengalami konjungsi keesokan harinya, pada Minggu 1 Mei 2022. Indonesia berada dalam kelompok ini.
Untuk di Amerika Utara dan sebagian besar Amerika Selatan, ketinggian Bulan saat Matahari tenggelam pasca konjungsi terjadi bervariasi antara -1 hingga +1 derajat. Karena masih terlalu rendah dekat ufuk, Bulan sulit untuk diamati dengan bantuan alat sekalipun. Sehingga, kemungkinan hilal baru dapat disaksikan keesokan petangnya yakni pada 1 Mei 2022.
Sebagai tambahan, di Chile dan Argentina sedang mengalami Gerhana Matahari Sebagian. Beberapa jam setelahnya, saat petang, ketinggian hilal di kedua negara cukup rendah bahkan dekat dengan ufuk sehingga kemungkinan hilal sulit diamati.
Konjungsi baru terjadi di Selandia Baru, Papua Nugini, Oseania dan sebagian kecil Australia saat Matahari sudah terbit keesokan harinya. Andi memberikan catatan khususnya bahwa jika ijtimak terjadi setelah fajar/subuh astronomis di Selandia Baru, maka tidak ada negara manapun di dunia yang memenuhi ketinggian Bulan 5 derajat dan elongasi Bulan-Matahari 8 derajat.
"Sehingga, menurut kriteria Kalender Islam Global atau Rekomendasi Istanbul 2016, 1 Syawal 1443 H jatuh pada Senin, 2 Mei 2022," kata dia. Kriteria Kalender Islam Global mensyaratkan masuknya bulan baru dengan elongasi bulan lebih dari 8 derajat dan tinggi bulan lebih dari 5 derajat itu.
- Pengamatan Minggu 1 Mei 2022
Pada Minggu petang, 1 Mei 2022, sebagian besar Asia Tenggara, Jepang, Korea, Cina akan memenuhi elongasi geosentrik (diukur dari pusat Bumi) sebesar 6,4 derajat. Akan tetapi, wilayah tersebut belum memenuhi elongasi toposentrik (diukur dari permukaan Bumi) sebesar 6,4 derajat.
Di Cina, seluruh wilayahnya sudah memenuhi elongasi geosentrik 8 derajat, tetapi belum memenuhi elongasi toposentrik 8 derajat untuk wilayah barat laut seperti Urumqi/Xinjiang. Sebagian besar Asia Tengah dan Asia Selatan sudah memenuhi elongasi geosentrik 8 derajat, akan tetapi seluruh wilayah ini belum memenuhi elongasi toposentrik 8 derajat.
Timur Tengah, Eropa dan Afrika (kecuali Afrika Selatan) sudah memenuhi elongasi toposentrik 8 derajat. Bahkan beberapa wilayah seperti Afrika bagian Barat, Portugal dan Spanyol sudah mencapai 10,5 derajat untuk elongasi geosentriknya sehingga ada kemungkinan hilal dapat diamati tanpa menggunakan alat bantu di wilayah tersebut.
Wilayah Amerika Utara dan Amerika Selatan yang tertinggi elongasinya, sudah memenuhi 10,5 derajat baik geosentrik maupun toposentrik. Meskipun ketinggian hilal di Chile dan Argentina bervariasi 2-8 derajat. Berdasarkan pertimbangan tersebut, 1 Syawal 1443 H di sebagian besar wilayah dunia akan jatuh pada Selasa, 2 Mei 2022.
- Pengamatan di Indonesia dan Asia Tenggara
Beberapa negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan kemungkinan akan berhari raya berbeda dari dunia pada umumnya. Ini jika berpegang teguh syarat sesuai MABIMS bahwa elongasi geosentrik maupun toposentrik 6,4 derajat atau lebih.
Elongasi toposentrik di Indonesia, di wilayahnya yang paling barat sekalipun yakni Sabang, belum sampai 6,4 derajat saat Matahari terbenam pada Minggu 1 Mei 2022. Baru beberapa menit setelahnya, pada jendela waktu yang disebut sebagai saat pengamatan hilal terbaik, wilayah seperti Sabang, Banda Aceh dan Aceh Besar sudah memenuhi elongasi toposentrik 6,4 derajat.
Ketika Bulan terbenam, di periode pengamatan berikutnya, elongasi 6,4 derajat tercapai di Gunungsitoli, Sibolga hingga Tebingtinggi. "Sehingga seluruh provinsi Aceh dan sebagian besar provinsi Sumatera Utara (termasuk kota Medan) sudah memenuhi elongasi toposentrik saat Bulan terbenam," kata Andi.
Negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, Vietnam, Laos dan Kamboja sama sekali tidak memenuhi elongasi toposentrik 6,4 derajat setelah Matahari terbenam hingga Bulan terbenam sekalipun. Sehingga ada kemungkinan di negara-negara tersebut menetapkan 1 Syawal 1443 H jatuh pada Selasa, 3 Mei 2022.
Pada Selasa, ketika Matahari terbenam, elongasi 6,4 derajat di wilayah Indonesia sudah sampai ke Pulau Sulawesi hingga perbatasan Nusa Tenggara Barat dengan Nusa Tenggara Timur.
Seluruh Asia Tenggara dapat berhari raya Idul Fitri pada Senin, 2 Mei 2022, sebagaimana di sebagian besar wilayah di dunia apabila hanya mengikuti elongasi geosentrik. Pada Minggu petang, 1 Mei 2022, elongasi geosentrik di wilayah ini sudah sekitar 7 derajat.
SUMBER: TEMPO.CO