SUKABUMIUPDATE.com - Gunung Anak Krakatau kembali erupsi sejak beberapa waktu lalu, bahkan kini statusnya berada di level tiga atau siaga. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam rilisnya mengingatkan masyarakat agar tak mendekati atau beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah aktif Gunung Anak Krakatau.
Letusan terdahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 26 dan 27 Agustus 1883. Awalnya Krakatau mencakup wilayah yang cukup luas, akibat letusan Gunung Krakatau yang dahsyat tersebut beberapa pulau terpisah-pisah hingga kini. Letusannya memicu tsunami serta embusan awan panas yang mengakibatkan tewasnya ribuan penduduk Hindia-Belanda.
Suara letusannya bahkan terdengar hingga Australia dan dikenal sebagai suara yang sangat berisik, sebab terus terjadi selama 40 jam lamanya. Dampaknya tak main-main, dari letusan kala itu terjadi gelombang besar di wilayah Selat Sunda dan menelan kurang lebih 200 ribu jiwa kala itu.
Tak hanya tsunami, abu dari letusan tersebut bahkan sampai ke daratan Eropa. Akibatnya, abu tersebut menyelimuti atmosfer dan menyebabkan kurangnya intensitas cahaya matahari. Kondisi ini berlangsung hingga setahun lamanya dan berefek penurunan suhu udara global hingga abad ke-20.
Di bekas Gunung Krakatau, terdapat gunung baru yang diberi nama Gunung Anak Krakatau sebab lokasinya berada di kaldera bekas Gunung Krakatau dan ukurannya masih kecil.
Namun kian hari Gunung Anak Krakatau kian membesar dengan tingginya bertambah 6 meter lebarnya bertambah 12 meter per tahun.
Letusan Gunung Anak Krakatau 4 Tahun Terakhir
Dalam empat tahun terakhir, Gunung Anak Krakatau telah berkali-kali pula meletus dan tentunya menimbulkan kegemparan, berikut di antaranya:
1. Agustus 2018
Gunung Anak Krakatau kembali menggemparkan publik karena aktivitas vulkanik mulai meningkat hingga ratusan kali. Pada 18 Agustus 2018 tercatat Gunung Anak Krakatau erupsi 576 kali dalam sehari.
Pos pengamanan Gunung Anak Krakatau menyebutkan tinggi letusan mencapai 100 hingga 500 meter dari puncak kawah. Letusan tersebut juga melontarkan abu vulkanik, batu pijar, pasir, dan suara dentuman.
2. Desember 2018
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG menyebutkan Pantai Anyer diterjang air tsunami pada Sabtu malam, 22 Desember 2018. Akibatnya diperkirakan 437 korban kehilangan nyawanya dan sedikitnya 843 luka-luka.
Selain itu ini telah memicu dentuman misterius di beberapa wilayah. Warga terkejut dan melaporkan suara dentuman tersebut terdengar di Banten, Lampung, hingga Sumatera Selatan.
3. April 2020
Gunung Anak Krakatau kembali erupsi dengan tinggi abu mencapai 200 meter di atas puncak atau sekitar 357 meter dari permukaan laut. Saat itu BMKG menyatakan erupsi ini tidak memicu terjadinya tsunami.
4. April 2022
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melalui media sosialnya mengabarkan gunung Krakatau kembali meletus dengan tinggi kolom abu sekitar 957 meter di atas permukaan laut.
Sebulan sebelumnya tinggi kolom erupsi mencapai seribu meter dari puncak. Oleh karena itu masyarakat dan wisatawan tidak diperkenankan mendekati kawah dalam radius dua kilometer dari kawah.
Pada Februari 2022 diketahui terjadi sembilan kali letusan Gunung Anak Krakatau dengan tinggi kolom abu berkisar 800-1000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu-hitam tebal.
SUMBER: TEMPO.CO/ANNISA FIRDAUSI