SUKABUMIUPDATE.com - Pasti kamu pernah melihat saat terjadi aksi unjuk rasa yang cenderung ricuh, petugas keamanan kerap menggunakan gas air mata dengan maksud untuk membubarkan massa.
Tidak hanya di Indonesia, gas air mata ini juga banyak digunakan di negara lain. Lalu seperti apa efek yang ditimbulkan gas air mata tersebut saat mengenai tubuh?
Melansir dari Suara.com, menurut laman Healthline, tinjauan penelitian tahun 2013 menemukan bahwa komplikasi kesehatan yang signifikan secara klinis dari gas air mata jarang terjadi. Namun, masih ada perdebatan seputar penggunaannya yang dapat diterima.
Beberapa orang merasa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai keamanannya dengan lebih baik. Anak-anak dan orang-orang dengan komplikasi pernapasan mungkin berada pada risiko tinggi terkena komplikasi ketika terkena gas air mata.
Gas air mata adalah kumpulan bahan kimia yang menyebabkan iritasi kulit, pernapasan, dan mata. Biasanya digunakan dari tabung, granat, atau semprotan bertekanan.
Terlepas dari namanya, gas air mata bukanlah gas. Ini adalah bubuk bertekanan yang menciptakan kabut saat digunakan.
Bentuk gas air mata yang paling umum digunakan adalah 2-chlorobenzalmalononitrile (gas CS). Ini pertama kali ditemukan oleh dua ilmuwan Amerika pada tahun 1928 dan Angkatan Darat AS mengadopsinya untuk mengendalikan kerusuhan pada tahun 1959.
Jenis gas air mata lainnya yang umum termasuk oleoresin capsicum (semprotan merica), dibenzoxazepine (gas CR), dan chloroacetophenone (gas CN).
Awalnya gas air mata digunakan sebagai senjata kimia dalam Perang Dunia I. Namun, saat ini penggunaannya ilegal untuk digunakan pada masa perang.
Baca Juga :
Pada tahun 1993, banyak negara di dunia berkumpul di Jenewa untuk menandatangani perjanjian internasional demi mencegah perang kimia. Pasal I(5) perjanjian tersebut menyatakan, “Setiap Negara Pihak berjanji untuk tidak menggunakan agen pengendalian huru hara sebagai metode peperangan.”
Hampir setiap negara menandatangani perjanjian itu kecuali empat negara anggota PBB: Korea Utara, Sudan Selatan, Mesir, dan Israel.
Efek gas air mata bagi tubuh manusia
Kontak dengan gas air mata menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan, mata, dan kulit. Rasa sakit terjadi karena bahan kimia dalam gas air mata mengikat salah satu dari dua reseptor rasa sakit yang disebut TRPA1 dan TRPV1.
TRPA1 adalah reseptor rasa sakit yang sama dengan minyak dalam mustard, wasabi, dan lobak untuk memberi mereka rasa yang kuat. Gas CS dan CR lebih dari 10.000 kali lebih kuat daripada minyak yang ditemukan dalam sayuran ini.
Tingkat keparahan gejala yang Anda alami setelah terpapar gas air mata dapat bergantung pada:
Kebanyakan orang pulih dari paparan gas air mata tanpa gejala yang signifikan. Sebuah studi 10 tahun yang dilakukan di University of California San Francisco meneliti 4.544 kasus semprotan merica. Para peneliti menemukan 1 dari 15 kemungkinan mengembangkan gejala parah setelah terpapar.
Beberapa efek potensial dari paparan gas air mata meliputi
- penutupan kelopak mata yang tidak disengaja
- gatal
- panas
- kebutaan sementara
- Pandangan yang kabur
- luka bakar kimia
- Paparan jangka panjang atau paparan jarak dekat dapat menyebabkan:
- kebutaan
- pendarahan
- kerusakan saraf
- katarak
- erosi kornea
Sumber: SUARA.COM