SUKABUMIUPDATE.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat terjadinya peningkatan intensitas aktivitas Gunung Tangkuban Parahu, Jawa Barat, berupa hembusan gas dari Kawah Ecoma yang berada di dalam Kawah Ratu, Sabtu (12/2/2022).
Hembusan gas berwarna putih dengan tekanan sedang muncul dengan tinggi sekira 100 meter dari dasar kawah Gunung Api Tangkuban Perahu. PVMBG menghimbau agar masyarakat tidak turun ke dasar Kawah Ratu dan tidak mendekati atau beraktivitas di sekitar kawah aktif lain yang berada di Gunung Tangkuban Parahu.
"Masyarakat, wisatawan, pedagang agar tidak panik namun perlu tetap berhati-hati apabila berada dekat dengan kawah Ecoma dan Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu," tulis PVMBG di akun sosial media Instagram resminya, Minggu (13/2/2022).
Mengutip dari laman resmi PVMBG, hembusan gas itu muncul diduga akibat adanya air bawah permukaan atau air yang meresap ke bawah permukaan yang terpanaskan oleh batuan panas di bagian dangkal di bawah permukaan kawah dan membentuk akumulasi uap air (steam) bertekanan tinggi, sehingga terjadi 'over pressure' dan keluar melalui rekahan sebagai zona lemah, berupa hembusan yang cukup kuat.
Hembusan berwarna putih mengindikasikan asap didominasi oleh uap air. Dinamika aktivitas vulkanik di dekat permukaan seperti ini dapat terjadi karena adanya perubahan kesetimbangan energi yang berasal faktor internal maupun eksternal.
"Faktor internal berasal dari tekanan uap magma yang naik dari kedalaman. Faktor eksternal dapat berasal dari curah hujan dan tingkat evaporasi atau penguapan," tulis PVMBG dalam keterangan resmi di laman web nya.
Sementara itu, kegempaan Gunung Tangkuban Parahu selama periode 1 Januari - 11 Februari 2022 ditandai dengan terekamnya dua kali Gempa Vulkanik Dangkal, satu kali Gempa Frekuensi Rendah, serta 80 kali Gempa Hembusan.
[AKTIVITAS TERKINI G. TANGKUBAN PARAHU, JAWA BARAT]
— PVMBG (@PVMBG_) February 13, 2022
Hai Kawan Mitigasi,
Terkait info Mican sebelumnya. Pada tanggal 12 Februari 2022 teramati adanya perubahan aktivitas yang terjadi pada G. Tangkuban Parahu, berupa hembusan yang cukup kuat di Kawah Ecoma, G. Tangkuban Parahu. pic.twitter.com/I217PRqbfo
Adapun dominasi Gempa Hembusan selama periode tersebut menunjukkan adanya aktivitas hidrotermal di bawah tubuh gunung api.
Menurut PVMBG, energi gempa yang dicerminkan oleh grafik RSAM (real-time seismic amplitude measurement) berfluktuatif dan tidak menunjukkan adanya pola kenaikan pada akhir periode pengamatan.
"Pengamatan deformasi dengan menggunakan EDM (Electronic Distance Measurement) tidak menunjukkan adanya gejala inflasi (penggembungan akibat kenaikan fluida) pada tubuh gunung api," kata PVMBG.
PVMBG melanjutkan, potensi bahaya dari aktivitas Gunung Tangkuban Parahu saat ini dapat berupa erupsi freatik yang bersifat tiba-tiba tanpa didahului oleh gejala peningkatan aktivitas vulkanik yang jelas, menghasilkan material piroklastik serta gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah.
Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin. Namun demikian, mengacu pada data pemantauan visual dan instrumental di atas, maka potensi bahaya Gunung Api Tangkuban Parahu saat ini masih terlokalisir di dalam kawah dan potensi erupsi besar belum teramati.
PVMBG kini menetapkan Gunung Tangkuban Parahu berada di Level 1 (Normal).
"Akan dievaluasi kembali selama dua hingga tiga hari ke depan untuk antisipasi jika terjadi gejala peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan," tulis PVMBG.