SUKABUMIUPDATE.com - Sebuah uji terbatas yang melibatkan sejumlah sukarelawan untuk diinfeksi virus corona penyebab Covid-19 secara sengaja dilakukan di Inggris. Uji telah selesai dan hasilnya diungkap tentang bagaimana virus itu bisa menginfeksi hingga menyebabkan gejala ringan sampai sedang.
Uji seperti ini dikenal sebagai human challenge trial. Sementara studi serupa telah sejak lama dilakukan untuk beragam jenis infeksi virus, uji dengan virus corona adalah yang pertama dilakukan kali ini. Sebanyak 36 sukarelawan dewasa dan sehat terlibat dalam uji tersebut, berusia antara 18 dan 29 tahun.
Kepada mereka diberikan satu dosis kecil virus dalam droplet yang ditempatkan langsung dalam hidung. Virus didapat dari seseorang yang pernah bergejala Covid-19 di era awal pandemi, sebelum varian-varian baru SARS-CoV-2 itu bermunculan.
Hasil uji itu mendapati sebanyak 18 peserta menjadi terinfeksi, dan 16 di antaranya mengembangkan gejala mirip flu, seperti hidung yang berair, nyeri tenggorokan, batuk, demam atau sakit kepala. Sebanyak 13 relawan juga sempat kehilangan indera pengecap dan penciuman namun pulih setelah 90 hari--kecuali pada tiga orang yang masih terus membaik setelah tiga bulan.
Tidak ada yang terdeteksi mengalami gejala serius dan tidak ada kerusakan paru-paru yang terjadi. Pemantauan terhadap seluruh peserta akan dilakukan hingga 12 bulan ke depan. Adapun uji dengan lingkungan yang terkontrol dilakukan dalam rentang dua minggu.
Di antara mereka yang terinfeksi itu, keberadaan virus bisa dideteksi, dan gejala-gejala sudah berkembang cepat dalam 42 jam pertama, atau tak sampai dua hari. Periode inkubasi itu jauh lebih pendek daripada yang diperkirakan saat itu hingga 14 hari.
Virus corona SARS-CoV-2 bisa dideteksi berada di tenggorokan dalam 40 jam, sebelum terdeteksi pula di hidung dalam 58 jam. Konsentrasi virus tertinggi ditemukan di hidung yang menuntun kepada dugaan kalau penularan terbesar terjadi lewat saluran ini--dan menekankan kembali pentingnya masker menutup hidung seperti halnya menutup mulut.
Temuan lain dari studi ini mendukung penggunaan sarana uji cepat lateral flow lewat deteksi antibodi dalam darah dalam screening kasus positif Covid-19. Uji-uji itu disebutkan berkorelasi sangat baik dengan keberadaan virus tersebut.
"Meski di hari pertama atau kedua mungkin saja kurang efektif, tapi jika Anda menggunakannya secara tepat dan berulang, dan bertindak cepat kepada mereka yang menunjukkan hasil positif, ini akan memiliki dampak besar dalam menghambat penyebaran virus," kata Christopher Chiu, profesor di bidang imunologi dan dokter spesialis penyakit menular di Imperial College London, ketua tim peneliti dalam uji itu.
Imperial College London mengerjakan Human Challenge Programme ini bekerja sama dengan Vaccine Taskforce and Department of Health and Social Care, hVIVO, dan Royal Free London NHS Foundation Trust. Hasil-hasilnya telah dipublikasikan pada 2 Februari 2022 namun belum mendapatkan tinjauan dari ahli lain (pre-print).
SUMBER: TEMPO