SUKABUMIUPDATE.com - 20 Gajah Asia di Sri Lanka dilaporkan mati setelah memakan plastik. Lebih memilukannya, dua dari kawanan gajah ini mati karena mengkonsumsi sampah manusia yang dibuang beberapa hari lalu.
Mengutip suara.com, sampah plastik tersebut berada di tempat pembuangan sampah yang terletak di dekat desa Pallakkadu, bagian timur Sri Lanka.
Seorang dokter hewan setempat mengatakan bahwa dua gajah yang mati telah menelan sejumlah besar plastik, pembungkus makanan, dan plastik lainnya.
Baca Juga :
Lebih buruk lagi, tidak ada tanda-tanda makanan yang biasanya dimakan gajah ditemukan di tubuh mereka.
Degradasi habitat alami gajah telah memaksa mereka untuk bermigrasi lebih dekat ke pemukiman manusia dan tempat pembuangan sampah mereka.
Putus asa mencari makanan membuat gajah memasuki tempat pembuangan sampah untuk mencoba peruntungan mereka.
Tetapi hal itu membuat gajah Asia berisiko memakan barang-barang yang tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi, termasuk plastik atau benda tajam lainnya.
Pemerintah Sri Lanka telah memiliki rencana setidaknya selama empat tahun untuk mendaur ulang plastik di tempat pembuangan sampah terbuka.
Selain itu, memasang pagar listrik di sekelilingnya untuk mencegah kekacauan ini terjadi. Sayang, upaya tersebut belum sepenuhnya terwujud.
Habitat gajah di Sri Lanka akhir-akhir ini terus mengalami reduksi akibat sering terjadinya konflik dengan masyarakat sekitar. Akibatnya, Hewan-hewan besar telah ditemukan berjalan-jalan ke kota atau melalui ladang.
Kejadian ini bukanlah yang pertama kali, pada 2016 lalu ada delapan gajah mati setelah memakan sampah plastik beracun di tempat pembuangan sampah di Air Terjun Victoria, Zimbabwe.
Selanjutnya, peristiwa serupa terjadi di Thailand. Gajah 3,5 ton lainnya berusia sekitar 20 tahun mati pada 2020 setelah menelan plastik.
Masalah plastik juga meluas ke satwa liar lainnya. Penyu terkenal tertarik makan plastik, sebagian karena baunya seperti makanan.
Konflik manusia-satwa liar akibat hilangnya habitat juga merupakan masalah yang ditemukan di seluruh dunia.
Kisah-kisah yang menyayat hati ini mengingatkan tidak hanya perlunya melestarikan alam, tetapi juga mengakhiri polusi sejak awal.
SUMBER: SUARA.COM