SUKABUMIUPDATE.com - Titanium adalah salah satu unsur kimia yang masuk ke dalam kelompok logam. Logam ini sering dikira sebagai besi, padahal keduanya jauh berbeda.
Saat ini, Titanium banyak digunakan untuk keperluan industri. Hal tersebut tidak terlepas dari sifat alami Titanium yang menguntungkan. Selain untuk keperluan industri, saat ini Titanium juga mulai digunakan untuk pembuatan perhiasan sebagai pengganti emas.
Meskipun namanya masih kurang dikenal, perlahan Titanium mulai digunakan di berbagai heavy industry. Pada artikel kali ini, kita akan membahas sedikit lebih dalam tentang logam yang memiliki kekuatan setara baja ini.
Apa itu Titanium?
Titanium adalah salah satu unsur kimia berupa logam berwarna abu-abu mirip seperti Perak. Titanium termasuk kedalam golongan VIB (6B) pada tabel periodik.
Titanium digunakan sebagai bahan pembuatan suku cadang untuk pesawat berkecepatan tinggi. Hal ini dikarenakan Titanium memiliki berat yang ringan namun kuat.
Menurut Laboratorium Nasional Los Alamos, Titanium adalah logam yang tahan korosi, sangat kuat dan ringan. Titanium memiliki kekuatan setara Baja, meski beratnya lebih ringan dan hanya 45 persen dari berat Baja. Titanium juga memiliki kekuatan setara dua kali lipat kekuatan Aluminium meski beratnya hanya 60 persen dari berat Aluminium.
Titanium dapat dicairkan pada suhu 1.660 celcius, lebih tinggi dibandingkan titik cair Besi yakni sekitar 1.500 celcius. Sedangkan Titanium cair dapat mencapai titik didihnya pada suhu 3.287 celcius.
Titanium merupakan unsur yang memiliki kelimpahan terbanyak kesembilan di kerak Bumi. Jumlah Titanium di kerak Bumi hanya sekitar 0.44 persen.
Dilansir dari Britannica.com, logam ini dapat ditemukan dalam bentuk senyawa atau kombinasi dengan unsur lain di hampir semua batuan, pasir dan tanah. Titanium juga dapat ditemukan di dasar laut dan batuan luar angkasa seperti meteor dan asteroid.
Proses pemurnian Titanium dikenal dengan nama Kroll. Bijih Titanium Oksida diolah bersamaan dengan Klorin (Cl) hingga menghasilkan Titanium Klorida.
Kemudian, Titanium Klorida dimasukan ke dalam gas Argon bersama dengan Magnesium atau Natrium. Magnesium atau Natrium akan mereduksi Titanium Klorida menjadi Titanium Murni pada suhu (maksimal) 1.200 celcius.
Dilansir dari livescience.com, proses Kroll ini 10.000 kali lebih efisien daripada proses yang digunakan untuk membuat Besi.
Pada skala laboratorium, Titanium yang sangat murni dapat dibuat dengan menguapkan Titanium Tetraiodida (TiI4) dan menguraikannya pada kawat panas dalam ruang hampa.
Baca Juga :
Awal Mula Titanium
Titanium pertama kali ditemukan pada tahun 1791 oleh Kimiawan asal Inggris, William Gregor. Titanium yang pertama kali ditemukan berupa butiran pasir berwarna hitam yang disebut Menachanite. William Gregor menganalisis dan menyimpulkan pasir hitam tersebut dari oksidasi Besi dan logam yang tidak diketahui.
Pada tahun 1795, Kimiawan asal Jerman, Martin Heinrich Klaproth menyelidiki bijih merah yang dikenal sebagai Schörl dari Hungaria. Menurut Martin, bijih merah tersebut adalah bentuk dari Rutile (Titanium Oksida). Ia menyadari Rutil merupakan oksida dari unsur yang tidak diketahui sebelumnya.
Martin lalu membandingkan penemuannya itu dengan Menachanite yang ditemukan oleh William Gregor sebelumnya. Setelah itu, Martin memberi nama logam tersebut sebagai Titanium.
Pada tahun 1910, M.A. Hunter, seorang pekerja di General Electric, Amerika Serikat membuat logam Titanium Murni dengan memanaskan Titanium Tetraklorida bersamaan dengan Natrium.
Pada tahun 1930, William J. Kroll menemukan proses yang memungkinkan ekstraksi Titanium dalam skala industri. Proses tersebut bernama Kroll (sesuai nama penemunya).
Manfaat Titanium
Titanium memiliki kekuatan setara baja. Meskipun begitu, karena beratnya yang ringan menyebabkan Titanium memiliki kepadatan yang rendah.
Titanium dimanfaatkan sebagai paduan logam lain seperti Aluminium, Besi dan Molibdenum. Titanium dipakai sebagai paduan tambahan pada baja tahan karat untuk mengurangi komposisi Karbon serta digunakan sebagai paduan pada Tembaga untuk meningkatkan tingkat kekerasan.
Paduan Titanium dengan logam lain sering dipakai pada pesawat terbang dan pesawat luar angkasa, sepeda, laptop dan elektronik lainnya. Kondensor pembangkit listrik menggunakan pipa Titanium karena ketahanannya terhadap korosi (karatan).
Titanium juga tahan terhadap korosi akibat air laut. Logam ini digunakan untuk melindungi lambung kapal dan keseluruhan bodi kapal selam.
Di bidang kesehatan, Titanium digunakan ahli bedah untuk penggantian sendi, implan gigi dan pen untuk pengganti tulang yang patah. Logam ini tidak akan bereaksi dengan daging atau otot dan tulang.
Manfaat lain dari Titanium di antaranya adalah sebagai pigmen dalam cat rumah, cat lukis, plastik, kertas, enamel dan tabir surya.
Beberapa tahun terakhir penggunaan Titanium sebagai bahan baku utama perhiasan semakin meningkat. Hal ini tidak lepas dari keunggulan Titanium yang anti karat.
Kekurangan Titanium
Dibalik manfaatnya, Titanium memiliki beberapa kekurangan. Titanium merupakan logam yang sulit untuk dicor atau casting. Casting sendiri adalah teknik pencetakan pada logam cair.
Kesulitan Titanium untuk dicor tidak lepas dari keunggulannya yakni kekuatan yang tinggi, sehingga Titanium lebih sulit dibentuk dibandingkan Besi dan Aluminium.
Selain itu, kelemahan Titanium lainnya adalah harganya yang lebih mahal dibandingkan Besi, Baja dan Aluminium. Dilansir dari monroeengineering.com, harga Titanium yang mahal disebabkan keberadaannya yang lebih langka dibandingkan logam lain seperti Besi, Baja dan Aluminium.