SUKABUMIUPDATE.com - Global Warming merupakan sebuah fenomena yang menjadi topik pembahasan antar Negara. Fenomena ini dapat mengantarkan sebuah bencana yang berpengaruh langsung terhadap Manusia dan makhluk hidup lainnya di Bumi.
Meskipun, fenomena ini telah terjadi secara alami sejak awal pembentukkan Bumi. Namun, sejumlah aktivitas Manusia menyebabkan fenomena ini kian mencekam dan mematikan.
Dampak yang ditimbulkan Global Warming tidaklah main-main, maka dari itu Negara dan penduduknya diharapkan lebih sadar terhadap fenomena tersebut.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas sedikit lebih dalam tentang Global Warming beserta dampak yang ditimbulkannya.
Apa itu Global Warming?
Global Warming atau Pemanasan Global adalah peningkatan suhu rata-rata di permukaan Bumi yang disebabkan oleh gas rumah kaca (Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia, red).
Global Warming juga merupakan fenomena pemanasan jangka panjang keseluruhan permukaan Bumi. Sebenarnya sejak Bumi terbentuk, Bumi sudah mengalami Pemanasan Global dan Pendinginan Global berulang kali.
Pemanasan Global sendiri sudah terjadi cukup lama, namun satu abad terakhir peningkatan suhu rata-rata permukaan Bumi terjadi sangat cepat. Hal ini dikarenakan penggunaan bahan bakar fosil secara besar-besaran, dimulai sejak revolusi industri pada awal abad ke-20.
Bertambahnya populasi Manusia setiap tahunnya, menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil semakin meningkat. Hasil pembakaran bahan bakar fosil tersebut menghasilkan gas yang menyebabkan Efek Rumah Kaca di atmosfer Bumi.
Apa itu Efek Rumah Kaca?
Efek Rumah Kaca adalah keadaan dimana sinar Matahari yang dipantulkan oleh permukaan Bumi tidak mampu menembus lapisan Atmosfer, sehingga sinar Matahari tidak dapat dipantulkan ke luar angkasa.
Suhu permukaan Bumi dipengaruhi oleh pancaran sinar Matahari. Sekitar 30 persen sinar Matahari dipantulkan kembali ke luar angkasa. Sedangkan, 70 persen sisanya sebagian besar diserap oleh daratan, lautan dan atmosfer. Maka dari itu, energi dari sinar Matahari yang diserap akan menghangatkan Bumi.
Sinar Matahari mampu menembus atmosfer dari arah luar angkasa. Ketika sampai di permukaan Bumi, sebagian sinar Matahari akan kembali dipantulkan ke luar angkasa.
Namun, gas hasil pembakaran bahan bakar fosil yang bersarang di atmosfer menyebabkan sinar Matahari yang dipantulkan dari permukaan Bumi berbalik kembali, sehingga sinar Matahari terperangkap di permukaan Bumi dan tidak dapat dipantulkan ke luar angkasa. Akibat dari terperangkapnya sinar Matahari adalah peningkatan suhu rata-rata di permukaan Bumi.
Gas yang menyebabkan Efek Rumah Kaca diantaranya Karbon Monoksida, Karbon Dioksida, Chloro Fluoro Carbon, Metana, Nitrogen Dioksida dan lainnya.
Global Warming di Masa Lalu
Sebelum Revolusi Industri, Bumi telah mengalami Pemanasan Global secara alami tanpa campur tangan Manusia. Pemanasan Global di masa lalu kebanyakan terjadi akibat perubahan intensitas energi yang dipancarkan oleh Matahari.
Selain itu, letusan Gunung Berapi juga menghasilkan partikel yang mampu memantulkan sinar Matahari. Aktivitas Vulkanik seperti Gunung Meletus masih berkontribusi pada terjadinya Pemanasan Global pada saat ini. Namun, Global Warming semakin meningkat karena disebabkan tambahan aktivitas Manusia pada zaman sekarang.
Global Warming Saat Ini
Suhu rata-rata permukaan Bumi naik 0,6 hingga 0,9 derajat celcius dalam 100 tahun terakhir antara tahun 1906 hingga 2005, bahkan laju kenaikan suhu hampir dua kali lipat dalam 50 tahun terakhir.
Saat Zaman Es di Bumi telah usai, selama jutaan tahun terakhir suhu rata-rata permukaan Bumi terus meningkat, namun kenaikan suhu tersebut bersifat alami dan tidak signifikan. Bumi mengalami kenaikan suhu sebesar 4 hingga 7 derajat celcius dalam kurun waktu 5.000 tahun terakhir.
Dalam satu abad terakhir, rata-rata kenaikan suhu permukaan Bumi mencapai 0,7 derajat celcius, kira-kira sepuluh kali lebih cepat dari tingkat rata-rata Pemanasan Global setelah Zaman Es.
Berdasarkan simulasi komputer, Bumi diprediksi akan menghangat 2 hingga 6 derajat celcius di abad ke-22. Kenaikan suhu pada abad ke-22 diprediksi setidaknya 20 kali lebih cepat dibanding saat ini.
Dampak yang Ditimbulkan Global Warming
Pemanasan Global akan memberikan sejumlah dampak bagi kita Manusia, lingkungan, dan makhluk hidup lainnya.
Saat ini dampak dari Global Warming mulai terasa, bukan tidak mungkin dampak dari fenomena ini akan semakin parah di masa depan. Berikut ini dampak yang ditimbulkan dari Global Warming:
1. Es di Kutub Mencair
Dalam beberapa dekade terakhir, lapisan es di Kutub Utara dan Selatan terus mencair. Akibat pencairan es besar-besaran, pada tahun 2017 sebuah kapal tanker yang pergi melakukan perjalanan dari Eropa ke Asia bisa melalui Samudera Arktik (Kutub Utara) tanpa bantuan kapal pemecah es.
Selama musim panas tahun 2020, Laut Wandel di bagian Timur dari area es terakhir di Kutub Utara telah kehilangan 50 persen bagian lapisan es.
Sedangkan, Kutub Selatan mengalami peningkatan pencairan es sejak 1979 sebanyak enam kali lipat dibandingkan 40 tahun sebelumnya.
2. Tinggi Permukaan Air Laut Meningkat
Ini merupakan dampak lanjutan dari mencairnya es di Kutub. Es yang mencair berubah menjadi milyaran kubik air yang langsung terbuang ke lautan.
Otomatis, volume air di lautan dunia meningkat, dampaknya tepi daratan yang rendah akan tenggelam oleh air laut.
Bahkan diprediksi di tahun 2100, beberapa kota besar yang letak nya ada di tepi daratan akan tenggelam, salah satunya adalah Jakarta.
3. Rusaknya Ekosistem
Rusaknya Ekosistem juga menjadi dampak lanjutan dari mencairnya es di Kutub. Pada tahun 2100, diprediksi Beruang Kutub yang memiliki habitat alami di Kutub Utara akan mengalami kepunahan.
Saat ini, banyak Beruang Kutub kesulitan mencari tempat untuk bermukim karena lapisan es di Kutub Utara yang terus mencair.
Akibat rusaknya ekosistem di Kutub Utara, sejumlah Beruang Kutub terlihat semakin kurus dan kesulitan berkembang biak.
4. Kebakaran Hutan
Suhu yang meningkat drastis menyebabkan pepohonan dan daun-daun di area hutan mudah mengering. Pohon dan dedaunan yang kering tersebut mempermudah terjadinya kebakaran hutan.
Beberapa tahun terakhir kebakaran hutan melanda beberapa negara di dunia seperti di Amerika Serikat, Australia, Turki dan Indonesia.
Akibat kebakaran hutan, ekosistem di hutan terganggu. Selain itu, hewan langka yang rentan mengalami kepunahan dan pepohonan yang menghasilkan oksigen hangus terbakar.
Sebenarnya ada banyak lagi dampak yang ditimbulkan Global Warming baik secara langsung maupun tidak langsung.
Maka dari itu, kita bisa mengurangi dampak dari Pemanasan Global dengan berbagai cara seperti misalnya mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, memperbanyak menanam pohon, hingga menghemat penggunaan listrik.