SUKABUMIUPDATE.com - Cerita tentang hantu dan hal-hal mistis sangat melegenda sejak dulu. Bahkan, Albert Einstein pun pernah memberikan penjelasan terkait arwah manusia melalui hukum fisika yang terkenal yaitu termodinamika.
Dalam salah satu film horor pernah ada adegan pemainnya sedang mendeteksi keberadaan hantu menggunakan alat Electromagnetic Field (EMF) meter. EMF meter digunakan karena dapat mendeteksi gelombang elektromagnetik di sekitar manusia. Kepercayaan budaya barat, bisa mendeteksi keberadaan hantu melalui gelombang elektromagnetik.
Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang perambatannya tidak membutuhkan medium. Tetapi juga bisa merambat melalui medium gas, air, ataupun kaca.
Meski begitu, keberadaan makhluk astral memang masih sulit dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Dikutip dari Ruang Guru, hukum termodinamika I yang dicetuskan Einstein menjelaskan kalau energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, melainkan hanya berubah bentuk saja.
Oleh sebab itu, ketika seseorang meninggal dunia, energi dalam tubuhnya akan menyatu dengan alam. Saat dikubur, tubuhnya akan dimakan oleh dekomposer seperti cacing dan belatung.
Artinya, energinya pun akan berpindah ke cacing dan belatung, bukannya berubah bentuk menjadi jenis hantu tertentu
Joe Nickell, satu-satunya orang yang bekerja secara full time menjadi investigator paranormal berbasis ilmu pengetahuan, dalam wawancaranya dengan Vox, mengungkapkan kalau sampai saat ini belum ada hantu yang keberadaannya telah dibuktikan ilmu pengetahuan.
Menurutnya, salah satu hal yang menyulitkan dari mendeteksi hantu justru karena begitu beragamnya definisi tentang wujud makhluk astral itu.
Meski wujud hantu belum terbukti, namun, ilmu pengetahuan membenarkan kalau manusia memang bisa saja merasakan keberadaan hantu.
Salah satu yang paling sering disinggung karena terjadi frekuensi rendah. Percaya atau tidak, suara dengan frekuensi infrasonik, kurang dari 20 Hz, dapat membuat manusia bisa “merasakan” keberadaan hantu.
Berdasarkan jurnal dengan judul The Ghost in the Machine menjelaskan kalau paparan gelombang infrasonik dapat menyebabkan depresi, menimbulkan perasaan “ditatap seseorang”, bahkan halusinasi.
Neil deGrasse Tyson, seorang astrofisikawan, mengungkapkan bahwa suara dengan frekuensi 18 Hz dapat menggetarkan struktur dari bola mata manusia. Apabila mendengar suara dengan frekuensi serendah itu, akan mempengaruhi penglihatan. Misalnya, merasa melihat hantu dari sudut mata.
Akan tetapi, frekuensi infrasonik sebenarnya di luar kemampuan indera pendengaran manusia yang hanya mampu menangkap gelombang frekuensi antara 20-20.000 Hz.
SUMBER: SUARA.COM