SUKABUMIUPDATE.com - Media sosial atau medsos menawarkan banyak kebebasan, terutama menawarkan informasi apapun yang bisa diakses oleh siapa saja.
Namun dibalik kebebasan informasi yang ditawarkan medsos tersebut terdapat resiko besar yang ditimbulkannya. Satu sisi, medsos berperan dalam membantu publik mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Namun sisi lain kebebasan informasi di medsos itu telah berdampak maraknya informasi liar atau berita bohong berseliweran di medsos. Akihrnya banyak terjadi Misinformasi yang mengganggu kehidupan bermedia sosial.
Melansir dari Tempo, Minggu (7/11/2021), berbagai cara telah dilakukan untuk memerangi misinformasi di media sosial. Dilansir dari brooking.edu, ada tiga cara yang dapat diupayakan untuk memerangi misinformasi di media sosial. Pertama, mendukung jurnalisme investigasi berbasis fakta.
Kedua, mengurangi insentif finansial bagi para penyebar informasi palsu. Ketiga, meningkatkan kualitas literasi digital bagi para pengguna media sosial. Tiga upaya tersebut mampu membendung berbagai dampak buruk yang mungkin muncul karena penyebaran informasi palsu.
Dikutip dari shorensteincenter.org, informasi palsu memiliki kekuatan yang sangat besar dalam memengaruhi opini publik. Umumnya, pengaruh tersebut digunakan oleh aktor-aktor politik tertentu untuk memengaruhi jalannya politik elektoral di suatu negara.
Cara-cara yang dilakukan, meliputi adu domba, menyebarkan informasi palsu mengenai lawan politik, hingga normalisasi suatu bentuk kekerasan.
Dilansir dari academyhealth.org, misinformasi juga dapat dilawan oleh setiap pengguna media sosial. Salah satu cara yang bisa diupayakan adalah dengan aktif melakukan verifikasi informasi yang ditemukan di internet. Sebab, opini-opini yang muncul di media sosial kerap disertai dengan bias kognitif dan emosional dari para penggunanya.
Sumber : Tempo.co