SUKABUMIUPDATE.com - Saat ini ada dua jenis manusia di dunia dalam memandang dinosaurus, mereka yang terpesona oleh dunia dalam novel Jurassic Park karya Michael Crichton dan orang yang ketakutan akan kemungkinannya. Novel tersebut kemudian dihidupkan dengan dibuatnya film dengan judul yang sama oleh sutradara Steven Spielberg pada 1993.
Namun, sejak film itu muncul, ada satu pertanyaan di benak banyak orang, apakah mungkin menciptakan kembali dinosaurus, mengingat kemajuan dalam sains dan studi tentang DNA? Di Jurassic Park, para ilmuwan menggunakan DNA menciptakan berbagai spesies dinosaurus, termasuk Triceratops, Velociraptor, dan T. Rex yang menakutkan.
“Pada kenyataannya, itu lebih mudah dibayangkan daripada dilakukan,” ujar para ahli, seperti dikutip Gadgets NDTV, Senin, 6 September 2021.
William Ausich, Profesor Emeritus Paleontologi di Ohio State University, Amerika Serikat, menjelaskan dalam sebuah kolom di The Conversation bahwa tugas ini menjadi sangat sulit mengingat fakta bahwa yang tersisa dari dinosaurus hanyalah fosilnya. DNA, di sisi lain, jauh lebih mudah diperoleh dari "bagian lunak" makhluk.
“Ini bisa seperti organ, pembuluh darah, saraf, otot, dan lemak,” tutur dia.
Menanggapi pertanyaan itu, Ausich menerangkan, fosil-fosil dibenamkan selama puluhan juta tahun dalam lumpur purba, mineral, dan air. Fosil berasal dari apa yang disebut "bagian keras" dari dinosaurus, seperti tulang, gigi, dan tengkoraknya. “Bagian lunaknya telah terurai atau dimakan oleh dinosaurus lain,” katanya lagi.
Menjelaskan kompleksitasnya, dia menambahkan, DNA—merupakan singkatan dari deoxyribonucleic acid—adalah sesuatu sel setiap organisme yang pernah hidup di Bumi, termasuk dinosaurus. Ausich menyamakannya dengan molekul yang membawa kode genetik.
“Yang pada gilirannya digambarkan sebagai satu set instruksi yang membantu tubuh dan pikiran tumbuh dan berkembang,” ujar Ausich, sambil menambahkan bahwa molekul-molekul itu meluruh.
Studi terbaru menunjukkan DNA memburuk dan akhirnya hancur setelah sekitar 7 juta tahun, mengutip sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Nature. Mengingat bahwa dinosaurus terakhir mati 65 juta tahun yang lalu, kemungkinan menemukan DNA sangat tipis.
Ausich mengatakan bahkan jika para ilmuwan mampu menemukan potongan-potongan dinosaurus, mereka tidak akan mampu membuat dinosaurus yang utuh. Sebaliknya, mereka harus menggabungkan fragmen dengan DNA hewan modern untuk menciptakan organisme hidup.
“Namun, organisme ini tidak akan menjadi dinosaurus yang lengkap atau sebenarnya melainkan hibrida dari dinosaurus dan burung atau reptil,” kata Ausich yang merupakan ahli paleontologi itu.
SUMBER: GADGETS NDTV/NATURE/TEMPO.CO