SUKABUMIUPDATE.com - Profesor Arief Sabdo Yuwono mengembangkan bak olah sampah tanpa bau bernama BakPo SABDO. Dari skala sangat tidak sedap hingga yang sangat disukai di rentang-4 sampai +4, bau yang dihasilkan dari bak Komposting karya guru besar Fakultas Teknologi Pertanian ini berada pada skala -0,1.
Dalam keterangan yang dibagikan IPB University, Kamis 17 Juni 2021, teknologi yang dikembangkan Arief ditujukan untuk mempercepat proses pengomposan sampah organik. Tapi, agen biodegradasi yang digunakannya berbeda dari bak komposting pada umumnya yang memanfaatkan konsorsium bakteri.
Metode SABDO disebut menggunakan larva BSF atau black soldier fly sebagai agen pengurai. Keunggulannya, biodegradasi berlangsung dengan skala kebauan sangat rendah, yaitu -0,1.
"Jadi dengan skor -0,1 maka proses biodegradasi limbah organik dalam BakPo SABDO hampir tidak menimbulkan kesan bau," kata Arief dalam keterangan tertulis itu.
Tidak hanya itu, larva BSF yang ada dalam bak pengomposan diklaim dapat juga dipanen dan menjadi sumber protein dalam pembuatan pakan unggas, ikan atau ternak lainnya. Menurut akademisi di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan itu, larva BSF mengandung protein sebesar 30-40 persen.
"Sangat potensial sebagai pilihan sumber protein pakan yang selama ini sebagian besar masih diimpor," katanya.
Proses biodegradasi limbah organik juga didesain bisa langsung berjalan, tidak perlu menunggu kedatangan lalat BSF untuk bertelur. Hal itu karena BakPo SABDO diaplikasikan sekaligus dengan larva aktif BSF di dalamnya.
Saat ini, Arief menuturkan, jumlah BakPo SABDO baru dibuat sekitar 30 unit karena masih merupakan inovasi baru. Namun demikian, pada tahun ini dijanjikan dilakukan sosialisasi yang lebih masif dan luas.
Diharapkan setelahnya akan terjadi peningkatan jumlah pemakai bak pengolahan sampah dari IPB University itu secara signifikan. "Diperkirakan akan mencapai jumlah hingga seratus unit bak komposting BakPo SABDO yang tersebar di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia," katanya.
SUMBER: TEMPO.CO