SUKABUMIUPDATE.com - Epidemiolog Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan terhadap munculnya varian baru Covid-19.
"Hingga hari ini WHO belum mendapat laporan bukti bahwa varian mutasi virus Covid-19 yang baru ini lebih tinggi tingkat keganasannya," kata Syahrizal dalam keterangannya, Jumat, 5 Februari 2021, dikutip dari Tempo.co.
Syahrizal menjelaskan mutasi adalah kemampuan virus untuk bertahan hidup. Setiap virus ketika menginfeksi satu induk semang, seperti sel manusia, kemudian bereplikasi dan dapat terjadi mutasi.
Umumnya, mutasi terjadi tidak pada bagian penting dari virus. Tetapi terjadi pada bagian tanduk atau spike dari virus. Yang menimbulkan kekhawatiran, kata Syahrizal, karena virus jadi lebih mudah untuk masuk ke sel sasaran. Sehingga, penularan akan lebih cepat dibanding dengan varian yang lama.
Meski belum terbukti varian baru Covid-19 lebih tinggi tingkat keganasannya, Syahrizal mengatakan, para ahli masih terus meneliti dampak varian baru ini terhadap tingkat perlindungan vaksin.
Menurut Syahrizal, vaksinasi juga sama sekali tidak memunculkan varian virus baru. Sebab, bahan pembuatan vaksin tidak mendorong munculnya mutasi.
Selagi situasi wabah masih fluktuatif dan pemberian vaksin masih terbatas, Syahrizal menyarankan agar pencegahan 3M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak) dan menghindari kerumunan serta 3T (testing, tracing, treatment) perlu ditingkatkan.
"Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) harus dilaksanakan lebih ketat dan lebih tegas. Seluruh acara yang berpotensi kerumunan harus dilarang, termasuk acara-acara pernikahan dan kegiatan sosial lainnya," kata Syahrizal soal varian baru Covid-19.
Sumber: Tempo.co