SUKABUMIUPDATE.com - Berbicara tentang perayaan malam tahun baru, salah satu tradisi yang tak pernah terlewatkan adalah pertunjukan kembang api. Meskipun tahun ini kita tidak dapat menyaksikan pertunjukan tersebut karena menjadi kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan di tengah kasus virus corona atau Covid-19 yang meningkat, tapi sangat menarik untuk dibahas bagaimana sejarah petasan (mercon, red) yang menyemburkan pijar-pijar api di udara ini bermula.
Larangan Kembang Api karena Pandemi Virus Corona
Sebelumnya Gubernur Jabar Ridwan Kamil melarang adanya perayaan Tahun Baru 2021. Hal itu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona karena perayaan malam tahun baru yang identik dengan kerumunan.
"Pemprov Jabar dengan Komite Pencegahan Covid-19 bersama gubernur lain memutuskan untuk melarang perayaan tahun baru," kata pria yang akrab disapa Emil ini, Senin (14/12/2020) lalu.
Melansir dari Suara.com, Emil mengatakan, semua bentuk perayaan tahun baru otomatis memiliki potensi untuk memunculkan kerumunan, termasuk pertunjukan kembang api. Ini dianggap berbahaya mengingat kasus virus corona di Jabar dan Indonesia terus meningkat.
Tak hanya melarang perayaan yang diadakan di luar ruangan, perayaan yang diadakan di dalam ruangan juga diminta untuk tidak dilakukan. Intinya adalah tidak diizinkan untuk menciptakan kerumunan potensial pada pergantian tahun ini.
"Perayaan tahun baru akan dirancang. Intinya adalah potensi kerumunan. Jadi perayaan tahun baru yang ramai seperti konser dan lainnya, jika indoor juga mengundang kerumunan kita melarang," jelas Emil.
Sejarah Kembang Api Berawal di Cina
Banyak sejarawan percaya bahwa bentuk hiburan paling eksplosif dari perayaan tahun baru berasal dari Cina. Negara ini memproduksi lebih banyak kembang api ketimbang negara lain. (Ada pula yang mencari sejarah ini ke Timur Tengah atau India).
Kembang Api era Sebelum Masehi
Diperkirakan pada awal 200 tahun sebelum masehi, orang Cina telah menemukan semacam kembang api alami. Mereka memanggang bambu, yang kemudian meledak keras ketika dipanaskan sebab kantong udara yang berlubang. Hal ini dilakukan untuk mengusir roh jahat.
Kembang Api era Masehi
Pada masa antara tahun 600-900 masehi, ahli kimia Cina berharap dapat menemukan ramuan untuk keabadian dengan cara mencampur sejumlah unsur seperti kalium nitrat, rempah-rempah dapur umum, arang, belerang, dan unsur lainnya. Mereka tidak menyadari bahwa campuran unsur itu menjadi bentuk awal bubuk mesiu.
Orang Cina ini mulai memasukkan unsur yang mudah menguap ke dalam tunas bambu kemudian melemparkannya ke dalam api dan menimbulkan ledakan keras. Inilah kembang api yang pertama lahir.
Selanjutnya, orang Cina mengganti tunas bambu tersebut dengan tabung kertas untuk menjadi tempat penyimpanan sejumlah unsur kimia tadi. Tidak hanya untuk menakuti roh jahat, mereka juga mulai menggunakan tongkat api itu untuk merayakan acara-acara khusus.
Kembang Api era Abad ke-10
Sejarah terus berkembang, pada abad ke-10 orang Cina telah mengembangkan bom mentah dan menempelkan petasan ke ujung busur panah untuk menghujani musuh selama mereka bertempur dalam peperangan.
Dua ratus tahun kemudian, mereka belajar cara menembakkan bahan peledak ke udara dan mengarahkannya menuju target musuh, dimana itu menjadi dasar pembuatan roket yang pertama. Namun di luar medan perang, metode ini menjadi tampilan kembang api pertama di udara.
Kembang Api era Abad ke-13
Pada abad ke-13, sampel dan formula bubuk ini mulai mengalir ke Eropa dan Arab, dikirim oleh diplomat, penjelajah, dan misionaris Franciscan. Ilmuwan Barat, para ahli metalurgi, dan pemimpin militer memobilisasi diri untuk membuat zat-zat ini lebih kuat dan membuat senjata seperti meriam dan rifles.
Di sisi lain, bubuk mesiu atau kembang api ini semakin populer untuk memperingati kemenangan militer serta perayaan publik dan upacara keagamaan.
Sejarah Kembang Api di Eropa
Pada abad pertengahan di Inggris, kembang api dikenal sebagai penyebab kebakaran. Selama renaissance (periode yang menandakan kelahiran kembali peradaban dan kebudayaan Eropa, red), para seniman di benua biru, terutama di Italia, menggunakan kembang api sebagai alat pertunjukan dan membuat mereka terkenal dengan tampilan yang rumit dan penuh warna.
Orang Italia yang pada tahun 1830-an adalah yang pertama menemukan unsur logam dan zat aditif lainnya, kemudian menciptakan percikan dan ledakan cahaya cerah dan penuh warna yang terlihat di kembang api kontemporer.
Sebab pada periode sebelumnya, kembang api hanya menampilkan suara ledakan, kilatan cahaya orange, dan jejak cahaya keemasan yang samar.
Kembang api mendapatkan perhatian di kalangan penguasa Eropa, dimana mereka menggunakannya untuk memikat masyarakat dan menerangi istana kerajaan pada sejumlah acara penting.
Di Inggris, pertunjukan kembang api yang paling awal dilakukan di hari pernikahan Henry VII tahun 1486. Pada tahun 1685, James II sang royal firemaster mendapatkan gelar ksatria karena sukses menyajikan pertunjukan yang luar biasa.
Kemudian Raja Prancis secara teratur memamerkan pertunjukan kembang api spektakuler di Versailles dan istananya yang lain.
Sementara Kaisar Peter Agung dari Rusia mempersembahkan pertunjukan kembang api selama lima jam untuk menandai kelahiran putranya.
Sejarah Kembang Api di Amerika Serikat
Orang Eropa membawa pengetahuan tentang kembang api ini ke dunia baru. Menurut legenda, Kapten John Smith (tentara, pengelana, dan pengarang Inggris, red) memulai pertunjukan kembang api pertamanya di Jamestown, Virginia, Amerika Serikat tahun 1608.
Dalam catatan, sejumlah koloni Amerika menjadikan kembang api sebagai bahan lelucon. Kebiasaan ini memuncak ketika terjadi peristiwa ledakan petasan yang memicu amarah publik, sehingga pemerintah setempat melarang penggunaan kembang api pada tahun 1731.
Pada tanggal 3 Juli 1776, Presiden Amerika Serikat kedua John Adams menulis surat kepada istrinya.
Ia mengatakan bahwa pada 4 Juli 1776 akan ada pertunjukan kembang api. 4 Juli di Amerika Serikat diperingati sebagai deklarasi kemerdekaan oleh Kongres Kontinental Kedua.
"Akan menjadi hal yang berkesan bagi kita. Saya percaya bahwa ini akan dirayakan oleh generasi penerus sebagai festival ulang tahun yang hebat. Itu harus dimeriahkan dengan kemegahan dan parade, api unggun dan iluminasi (penunjukan untuk kembang api), dari satu benua ini ke ujung yang lain, mulai sekarang dan seterusnya selamanya," tulis Presiden Amerika Serikat kedua itu.
Sebelumnya, kembang api juga ditampilkan para peringatan negara baru, termasuk pada peristiwa penting nasional lainnya seperti pelantikan Presiden Amerika Serikat pertama George Washington dan hari libur seperti malam tahun baru.
Pada tahun 1890-an kembang api banyak digunakan oleh para bandit untuk menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat.
Sehingga, sebagian besar negara mulai mengatur bagaimana kembang api dapat digunakan dan menentukan jenis bahan peledak yang dapat dibeli masyarakat.
Meskipun penggunaan kembang api telah diatur oleh pemerintah, hampir 9.000 orang terluka pada tahun 2009 akibat insiden ledakan kembang api di North Carolina, Amerika Serikat.
Para ahli lalu merekomendasikan tindakan pencegahan agar insiden serupa tidak terulang, seperti peraturan meledakan kembang api hanya di luar rumah, mematuhi peraturan daerah, memastikan ketersediaan air untuk memadamkan api ketika terjadi kebakaran, mencegah anak-anak dari jangkauan bahan peledak, dan yang paling penting, menyadari situasi sekitar saat akan menyalakan kembang api.
Kesimpulan
Jadi, kembang api pertama kali ditemukan di Cina secara tidak sengaja untuk mengusir roh jahat. Kemudian berkembang hingga ke sejumlah aktivitas masyarakat, mulai dari pertempuran hingga kegiatan seremonial kenegaraan dan tahun baru.
Sumber: American Chemical Society | American Pyrotechnics Safety And Education Foundation | history.com | suara.com