SUKABUMIUPDATE.com - Aplikasi pesan instan Telegram mendekati 500 juta pengguna. Pendirinya, Pavel Durov, mengatakan bahwa platformnya berencana untuk menghasilkan pendapatan mulai tahun depan untuk menjaga bisnis tetap berjalan.
Menurut Durov, sejauh ini secara pribadi dirinya telah mendanai bisnis yang berusia tujuh tahun itu. Namun, dengan semakin besarnya skala startup perusahaan, dia mencari cara untuk memonetisasi layanan pesan instan.
“Sebuah proyek sebesar kami membutuhkan setidaknya beberapa ratus juta dolar per tahun untuk terus berjalan,” ujar dia, seperti dikutip dari Tempo.co, Jumat 25 Desember 2020.
Layanan tersebut, yang melampaui 400 juta pengguna aktif pada bulan April tahun ini, berencana mengenalkan platform iklannya sendiri untuk salurannya. “Saluran yang ramah pengguna, menghormati privasi dan memungkinkan kami untuk menutupi biaya server dan lalu lintas,” tulisnya di situs Telegram.
Jika memonetisasi saluran one-to-many publik besar melalui platform iklan, pemilik akun akan menerima lalu lintas gratis sesuai dengan ukurannya. Cara lain Telegram dapat memonetisasi layanannya adalah melalui stiker premium, “misalnya dengan fitur ekspresif tambahan.”
Para seniman yang membuat stiker jenis baru ini juga akan mendapat sebagian keuntungan. “Kami ingin jutaan pembuat berbasis Telegram dan bisnis kecil berkembang, memperkaya pengalaman semua pengguna kami,” cuit Derov.
Beberapa analis berharap Telegram dapat memonetisasi platform melalui proyek token blockchainnya. Namun, setelah beberapa penundaan dan masalah peraturan, Telegram mengatakan pada Mei bahwa mereka telah memutuskan untuk meninggalkan proyek tersebut.
Untuk proyek ini, Telegram yang berbasis di Dubai telah mengumpulkan US$ 1,7 miliar dari investor pada 2018. Ia telah merencanakan untuk mendistribusikan tokennya, yang disebut gram, setelah mengembangkan perangkat lunak blockchain. Telegram menawarkan untuk mengembalikan US$ 1,2 miliar kepada investor awal tahun ini.
“Telegram memiliki dimensi jejaring sosial. Saluran one-to-many publik kami yang besar dapat memiliki jutaan pelanggan masing-masing dan lebih seperti umpan Twitter,” kata Durov.
Di banyak pasar, pemilik saluran tersebut menampilkan iklan untuk mendapatkan uang, terkadang menggunakan platform iklan pihak ketiga. Iklan yang mereka posting terlihat seperti pesan biasa, dan seringkali mengganggu.
“Kami akan memperbaikinya dengan memperkenalkan Platform Iklan kami sendiri untuk saluran one-to-many publik,” tulis Durov.
Semua fitur yang ada akan tetap gratis, kata Durov, yang merupakan salah satu pengkritik terbesar WhatsApp milik Facebook. Dia menambahkan bahwa Telegram berkomitmen untuk tidak mengenalkan iklan dalam obrolan pribadi atau obrolan grup karena itu adalah ide buruk.
“Kami tidak akan menjual perusahaan seperti para pendiri WhatsApp. Dunia membutuhkan Telegram untuk tetap independen sebagai tempat di mana pengguna dihormati dan layanan berkualitas tinggi terjamin,” tulisnya.
Telegram akan mulai menghasilkan pendapatan mulai tahun depan. Durov menyebutkan dirinya akan melakukannya sesuai dengan nilai-nilai dan janji Telegram yang telah dibuat selama 7 tahun terakhir.
“Berkat skala kami saat ini, kami dapat melakukannya dengan cara yang tidak mengganggu. Sebagian besar pengguna tidak akan melihat perubahan apa pun,” kata Pavel Durov.
Sumber: Tempo.co