SUKABUMIUPDATE.com - Lima perwarupa (prototype) olah data isu humaniora terpilih menjadi pemenang dalam Kompetisi Hackathon Digital Humanities. Karya yang ditampilkan itu adalah Karya Tim R Data Science to Reduce Human Trafficking in Indonesia, Environmental Cost of Our Economy, Hello Ambulans @Solo, dan 24 Years Since The Murder of Udin.
Kompetisi yang berlangsung secara virtual ini merupakan kerja sama Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan dukungan Kedutaan Belanda. Pengumuman Pemenang Hackathon Digital Humanities ini sekaligus side event World Press Freedom Conference (WPFC) 2020 yang diselenggarakan secara virtual oleh Pemerintah Belanda.
Pengurus Bidang Kemitraan dan Hubungan Internasional AMSI, Maria Benyamin dalam sambutannya menyampaikan kompetisi penyajian data publik isu humaniora secara digital ini untuk mendorong kolaborasi media, NGO dan kampus.
“Kerja sama ini dibuat agar keputusan-keputusan pemerintah memperhatikan data publik sebagai bentuk memperhatikan aspirasi dan partisipasi publik. Saya berharap kolaborasi ini dapat memperkaya konten media untuk isu-isu ,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 10 Desember 2020.
Sementara itu, Wakil Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Ardy Stoios Braken mengatakan banyaknya ide yang muncul menunjukkan harapan menggembirakan dalam demokratisasi data dan informasi di masa depan terutama menggunakan digital tools. Digital humanities membuat informasi lebih mudah diakses bagi pembuat kebijakan, media, dan publik.
“Saya berharap pendekatan digital humanities terus dilanjutkan karena hak atas informasi adalah bagian dari pemenuhan hak asasi manusia dan akan berkontribusi pada peningkatan kualitas media yang independen,” ujarnya
Di forum yang sama, Pemimpin Redaksi KataData.co.id, Yura Syahrul mengatakan keistimewaan digital humanities adalah menggaungkan isu humaniora di masyarakat berdasarkan data dan fakta, agar masyarakat memiliki perhatian pada isu di sekitarnya. Kekuatan lainnya adalah kolaborasi antara media, jurnalis dan NGO. Ia menambahkan, karya yang diangkat para peserta sangat dekat dengan problem di masyarakat.
“Karya yang menang dalam kompetisi ini menunjukkan luasnya problem kekerasan di masyarakat seperti Kasus Udin, kekerasan di Papua, persoalan lingkungan yang sering kali terpiggirkan oleh isu pembangunan serta problem kesehatan yang masih menjadi isu di tengah pandemi,” ujarnya.