SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan alat monitor gempa dan tsunami di beberapa daerah terjaga dan menghasilkan data yang akurat sebagai upaya mendukung mitigasi bencana. Sekalipun usia pakainya rata-rata sudah 10 tahun.
"Sensor-sensor tersebut masih beroperasi dengan baik hingga saat ini dan selalu dikalibrasi secara rutin," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu 5 Desember 2020.
Melansir Tempo.co, Rita menyebutkan beberapa fasiltas monitoring gempa dan tsunami di beberapa daerah sudah dicek. Mereka seperti yang ada di di Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, Papua, Maluku, Sulawesi, NTT, NTB, Jawa Timur, Jawa Barat, serta wilayah-wilayah di Sumatera.
Pengecekan alat, kata dia, seiring dengan kegiatan kalibrasi terhadap sensor-sensor seismograf, akselerometer, serta intensitymeter yang telah terpasang dan beroperasi sejak 2009. Rangkaian perangkat itu berfungsi untuk menangkap getaran gempa bumi dalam sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System - InaTEWS).
"Untuk pengamatan yang semakin luas dan akurat," Rita melanjutkan, "sebanyak 39 titik di berbagai lokasi di Indonesia seluruhnya segera memiliki alat seismograf."
Dia menjelaskan, dalam kurun 2008 hingga 2018, BMKG menyebarkan peringatan dini tsunami ke tengah masyarakat melalui BNPB dan BPBD dengan kecepatan 5 menit setelah guncangan gempa terekam seismograf. Dengan asumsi tsunami tiba selama 20 menit sejak pertama kali gempa terdeteksi maka tersisa waktu untuk proses evakuasi masyarakat selama 15 menit.
Sejak 2019, Rita membandingkan, BMKG mulai mengembangkan Warning Receiver System New Generation (WRS-NG). Pengembangan ini menghasilkan penyebaran informasi gempa bumi pada menit kedua setelah gempa dan peringatan dini tsunami mulai menit ketiga sampai keempat setelah gempa terekam.
Kemampuan dan kecepatan yang terkini diklaimnya setara dengan yang berlaku di Jepang. "Secara otomatis seketika peringatan dini tersebut dapat disebarluaskan melalui berbagai kanal komunikasi, baik melalui SMS blasting, media sosial @infoBMKG, telegram, Aplikasi Mobile Phone Info BMKG, YouTube, televisi, dan website," katanya.
BMKG, kata Rita, terus mengupayakan peringatan dini bisa lebih cepat disebar. Dia menyebut beberapa kali tsunami tidak lazim seperti di Palu pada 2018. Tsunami kala itu sudah terjadi pada menit kedua dan ketiga setelah gempa.
"Disiapkan tambahan kanal komunikasi khusus melalui HT agar peringatan dini dapat tetap tersebar ke tengah masyarakat meskipun jaringan internet, telepon seluler, ataupun listrik lumpuh saat terjadi gempa bumi," katanya.
Sumber: Tempo.co